Jakarta, CNN Indonesia -- Munculnya pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ihwal pernyataan kandidat petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi konsekuensi logis yang mesti ditanggung dalam perebutan suara di Pilkada Jakarta 2017.
Pernyataan kontroversial memang bukan hanya sekali dua kali dilontarkan Ahok. Namun pernyataan di hadapan warga Kepulauan Seribu pada 27 September lalu yang menyitir ayat suci Alquran yaitu surat al-Maidah ayat 51, membuat Ahok benar-benar mendapat kecaman luar biasa.
Gelombang protes keras datang tak henti-hentinya. Bukan hanya dari warga ibu kota dan lawan-lawan politiknya di pertarungan perebutan kursi gubernur Jakarta, tapi juga dari kalangan internal pendukung duet Ahok-Djarot Saiful Hidayat terang-terangan mengeluarkan kecaman.
Dua politisi Golkar —partai penyokong Ahok— yaitu Dedy Arianto dan Ahmad Doli Kurnia secara tegas menentang Ahok sekaligus menuntut Golkar untuk menarik dukungan kepada Ahok. Lebih frontal lagi, Dedy memutuskan memilih mundur dari jabatannya Ketua Departemen Bidang Energi dan Energi Terbarukan DPP Partai Golkar karena merasa sangat kecewa dengan Ahok.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serupa, Dedy dan Doli menganggap Golkar bisa terkena dampak buruk bila tetap memberi dukungan kepada Ahok. Bagi Doli, yang dikenal sebagai tokoh muda Golkar, jangankan bicara ada manfaatnya, bahkan saat ini pernyataan Ahok tersebut sangat bisa merugikan partainya.
“Ahok telah menciderai makna ke-Indonesiaan yang rukun, damai, saling menghormati, dan toleran, di antara perbedaan yang selama ini berjalan baik,” tutur Doli.
Sikap penolakan keras sebagai ekses dari pernyataan kontroversial Ahok yang dinilai Dedy dan Doli berdampak buruk sangat luas dibenarkan oleh pengamat politik dan sosial dari Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito.
Arie menilai pernyataan-pernyataan Ahok yang memunculkan pertentangan keras di masyarakat, terutama terkait al-Maidah ayat 51, bisa menurunkan tingkat keterpilihan. Beban elektoral tak dapat dihindari.
Arie memastikan elektabilitas Ahok bakal melorot cukup signifikan bila sudah masuk dalam pusaran kontroversi seperti saat ini. “Baik itu yang
by design maupun Ahok yang terjebak sendiri. Dua-duanya bisa berpengaruh buruk bagi Ahok,” ujar Arie.
Bila pernyataan kontroversial diucapkan tidak dalam masa pilkada, bagi Arie tidak terlalu berpengaruh pada elektabiltas Ahok. Namun berbeda jika terjadi seperti sekarang, musim pra-kampanye. “Sangat riskan dan terlalu berisiko,” ucap Arie.
Dalam dua survei terakhir sebelum terjadinya polemik ucapan surah al-Maidah itu, popularitas dan elektabilitas Ahok sudah mengalami grafik penurunan. Arie mengingatkan deret panjang pernyataan Ahok yang menjadi kontroversi di masyarakat selama ini cepat atau lambat bakal menggerus tingkat keterpilihan Ahok.
Bergulirnya proses hukum terkait dugaan perkara penistaan agama yang dilaporkan ke Polri bisa memperparah posisi Ahok. Dalam Pendapat dan Sikap Keagamaan MUI disebutkan bahwa pernyataan Ahok dikategorikan: (1) menghina Alquran dan atau (2) menghina ulama yang memiliki konsekuensi hukum. MUI merekomendasikan aparat penegak hukum wajib menindak tegas dan diminta proaktif melakukan penegakan hukum dalam kasus tersebut.
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, juga urun pendapat. Megawati yang partainya menjadi poros dukungan terbesar bagi Ahok meminta Ahok untuk berhati-hati dalam mengeluarkan pernyataan.
Kontroversi memang kerap mewarnai pernyataan Ahok, jauh sebelum munculnya pernyataan menyangkut surah al-Maidah ayat 51. Sebut saja dari mulai mengusulkan pembangunan apartemen khusus prostitusi, pekerja seks komersial bersertifikat, menyebut ormas Islam Muhammadiyah munafik, wacana penghapusan kolom agama di KTP, larangan menyembelih hewan kurban di sekolah negeri, mau menghapus cuti bersama Lebaran, hingga melarang takbiran keliling.
Bermacam pernyataan yang membuat Ahok berada dalam pusaran kontroversi itu bakal terlihat dampak nyatanya pada saat pemilihan gubernur kali ini. Seberapa besar pengaruhnya, baik bagi Ahok maupun masyarakat ibu kota.
(obs/rel)