Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat Muhammad Rum memastikan tidak ada korban jiwa akibat banjir bandang yang melanda Kota Bima.
"Tidak ada korban jiwa, kalau ada itu
hoax," kata Rum di Mataram kemarin seperti dilansir dari
Antara.
Namun ia mengakui jika banjir berdampak sangat besar. Secara Umum Bima saat ini lumpuh total. Perkantoran, sekolah dan kegiatan ekonomi masyarakat belum bisa berjalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga saat ini masih fokus membersihkan rumah dari lumpur dan material sisa banjir. Sejumlah warga mengungsi di tempat yang aman.
Rum mengatakan, warga Bima saat ini membutuhkan bantuan air bersih, obat-obatan, dan makanan. Selain itu warga membutuhkan perahu karet dan genset karena aliran listrik masih putus.
"Seluruh bantuan sudah yang di kirim dari Mataram sudah tiba di Bima, sehingga bisa distribusikan kepada korban banjir," ujarnya.
Gubernur NTB M Zainul Majdi menetapkan masa tanggap darurat banjir Kota Bima dan Kabupaten Bima selama tiga hari.
Dalam instruksinya, gubernur meminta semua pihak untuk fokus terhadap korban banjir. Gubernur juga meminta bantuan TNI dan Polri untuk membantu masyarakat membersihkan lumpur dari rumah-rumah mereka.
Banjir terjadi akibat hujan deras yang mengguyur sejumlah wilayah di NTB sejak Rabu kemarin. Ribuan rumah terendam dengan ketinggian air hingga 2 meter.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, banjir di Bima merupakan salah satu banjir terbesar.
Menurutnya, hujan deras yang terjadi karena adanya siklon tropis Yvette di Samudera Hindia sekitar 590 km sebelah selatan Denpasar dengan arah dan kecepatan gerak Timur Laut dan kekuatan 85 kilometer/jam (45 knot).
Siklon tersebut menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.
Selain hujan deras banjir di Bima juga disebabkan oleh kondisi wilayah yang berada pada topografi cekungan.
"Kota Bima memang cekung dan daerah risiko tinggi banjir dengan 15.000 kepala keluarga tinggal di daerah tersebut," kata Sutopo.
(sur/rel)