Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti senior Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, berpendapat apa yang dikatakan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui akun Twitter tak luput dari persoalan komunikasi politik. SBY kembali berkicau lewat akun Twitter pada Senin (6/2) siang.
Selain pernah menjadi presiden, saat ini SBY menjabat sebagai ketua umum Partai Demokrat, salah satu partai yang berada di luar pemerintahan namun mendukung pemerintah. Menurut Siti, lewat kicauan itu SBY seperti sedang test the water dukungan publik Indonesia kepada partai yang ia pimpin.
"Beliau ingin mengetahui seperti apa animo masyarakat dan antusias masyarakat kepadanya. Pasti berbeda ketika orang lagi berkuasa jadi presiden dan sudah tidak menjadi presiden tapi menjadi ketua umum partai," kata Siti saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin malam (6/2).
Menurut Siti kicauan itu juga dipengaruhi dengan pemilihan kepala daerah serentak 2017 yang sedang berlangsung dan Pemilu 2019 yang akan datang. SBY masuk ke dunia maya yang terbuka dan harus siap menerima komentar yang positif dan negatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo menampik bahwa kicauan itu merupakan
test the water. Lima kicauan terakhir SBY dinilai murni sebagai bentuk sentilan terhadap situasi terkini Republik Indonesia.
"Ini semua krtitik termasuk soal undang-undang yang ditegakkan. Kemudian (mengkritik) tugas kapolri dan presiden untuk melindungi warga negara. Apakah orang Indonesia harus hidup dengan terancam? itu salah satu intinya," kata Roy saay dihubungi CNNIndonesia.com, Senin malam (6/2).
Sebenarnya, kata Roy, SBY sudah mendengar kabar demo sejak Minggu (5/2) malam. Ada acara jambore mahasiswa di Bumi Perkemahan Cibubur yang dianggap disusupi pembicara dengan memasukkan materi yang sifatnya provokatif dan agitatif. Penjelasan ini juga dikicaukan SBY pada kicauan yang ketiga.
"Saya sudah coba dengan teman-teman mengumpulkan bukti yang dipresentasikan, terkaget saya ternyata benar-benar provokatif, agitatif, isunya sangat menebar kebencian disertai fitnah. Ironinya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki posisi di negara ini sekarang," kata Roy.
Roy menyayangkan demo yang terjadi di kawasan kediaman SBY. SBY saja sudah mendengar kabar tersebut, kalau intelijen bisa bergerak dengan cepat kejadian itu bisa diantisipasi dan tidak perlu terjadi. Hal itu yang menjadi dasar kicauan SBY sebagai bentuk kritik dan introspeksi terhadap republik ini.
Menurut mantan Menteri Pemuda dan Olahraga itu bahwa apa yang dikicaukan SBY sangat terukur, terstruktur, dan melewati pertimbangan yang dalam. SBY tidak pernah asal berkicau tanpa pemikiran. Apalagi SBY pernah menjadi presiden selama 10 tahun yang memahami hak dan kewajiban bernegara.
Di sisi lain, Siti menjelaskan SBY merupakan salah satu presiden yang sangat komunikatif dan terlanjur jatuh cinta dengan gaya komunikasi di media soaial. Sejak menjadi presiden ia memang sering menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi dengan publik sehingga SBY dapat dianggap sebagai pengguna aktif sosial media.
"Ada kelebihan kekurangan sebetulnya dari kicauan beliau. Kelebihannya komunikatif, memberi tahu posisi dan menyapa publik. kekurangan kalau ada informasi yang kontekstual berkaitan dengan dirinya tidak selalu pro, justru bisa mengundang kontra dan sebagainya," kata Siti.
Kemarin, SBY berkicau sebanyak lima kali yang menginformasikan bahwa rumahnya yang terletak di kawasan Kuninangan 'digrudug' ratusan orang. Ia juga meminta penjelasan dari Presiden Jokow Widodo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
"Saudara-saudaraku yg mencintai hukum & keadilan, saat ini rumah saya di Kuningan "digrudug" ratusan orang. Mereka berteriak-teriak. *SBY*," kicau SBY.
Belakangan ini SBY sering kali berkicau di twitter terhadap sejumlah kejadian di Indonesia. Mulai dari kicauan tentang informasi palsu atau
hoax sampai dugaan penyadapan dirinya dengan Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin.
(obs)