Jakarta, CNN Indonesia -- Duduk di tengah duduk di pelataran Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat saat Aksi 112 tengah berlangsung. Sorban putih kotak-kotak hitam ia ikatkan di kepala, duduk bersila dengan rekannya.
Syamas (38), pria asal Majalengka, Jawa Barat itu datang untuk ikut serta aksi 112. Tanpa ditanya, Syamas langsung berujar,"Kami datang bukan karena dibayar."
Pria itu tahu apa tujuan dari aksi yang dicanangkan oleh Forum Umat Islam itu. Dengan lugas, Syamas mengatakan, dia datang dari jauh untuk mengawal fatwa Majelis Ulama Indonesia dan kasus dugaan penodaan agama yang menyerang Basuki Tjahaja Purnama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai, kasus dugaan penodaan agama itu tampak tidak serius.
"Saya datang untuk ikut mengawal Fatwa MUI, kawal proses hukum sang penista agama. Sidang sekarang jadi seperti main-main saja," tuturnya.
Awalnya, Syamas yang tiba sejak Selasa (7/2) begitu antusias dengan rencana jalan bersama yang hendak dilakukan dari Monumen Nasional ke Bundaran Hotel Indonesia.
Namun,
longmarch tak jadi dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan pihak kepolisian. Menurut Syamas, aksi hanya akan dilakukan di Masjid Istiqlal dengan agenda keagamaan.
Syamas tidak kecewa. Syamas menjadikan masjid-masjid di Jakarta sejak kedatangannya untuk singgah dan beristirahat, hingga 112 digelar.
"Saya tidur pindah-pindah Masjid untuk ikuti acara ini," tuturnya.
Tanpa ragu, Syamas pun mengatakan, dirinya rela jika aksi harus dilakukan sampai besok dan menginap di Masjid Istiqlal.
Selain ingin ikut aksi, Syamas mengatakan, dirinya sengaja segera datang lantaran mendapat kabar soal jemput paksa polisi terhadap pentolan FPI, Rizieq Shihab. Dia ingin memastikan kebenaran hal itu.
Aksi 112 telah berlangsung sejak pukul 03.00 WIB dengan acara Salat subuh dan dilanjutkan dzikir.
Memang tidak seramai Aksi 212, berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, aksi 112 justru terlihat sepi peminat.
Hujan Bubarkan MassaHujan yang tadinya hanya rintik-rintik lambat laun berujung deras. Massa aksi yang tengah duduk di halaman Masjid Istiqlal pun langsung berdiri untuk menyelematkan diri supaya tidak basah.
Berbeda-beda cara yang mereka tunjukkan kala hujan semakin deras. Ada yang tetap duduk tenang, mencari penjual jas hujan dan mencari tempat berteduh.
Syamas pun memutuskan untuk berteduh mengingat tas punggung yang dibawanya berisi kebutuhan selama dia menetap sementara di Jakarta.
Tak berapa lama, ada seorang massa yang dengan lantang berteriak "Hujan ciptaan Allah," ujarnya.