Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono menegaskan, aktivis sekaligus tersangka makar Hatta Taliwang tidak memiliki hubungan dengan gerakan yang dipimpin Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam Muhammad Al Khaththath.
"Enggak ada (kaitannya)" kata Argo singkat kepada
CNNIndonesia.com di Jakarta, Senin (3/4).
Kehadiran Hatta hari ini di Polda Metro Jaya, kata Argo, untuk menjalani wajib lapor usai dibebaskan dari tahanan atas tuduhan makar. Argo menjelaskan pihaknya memanggil Hatta pada Jumat (31/3) lalu namun berhalangan hadir.
"Bukan dalam rangka pemeriksaan tapi wajib lapor," kata Argo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hatta merupakan salah satu aktivis yang ditangkap bersama tersangka makar lainnya, Rachmawati Soekarnoputri. Namun demikian dia diwajibkan lapor diri ke kepolisian setiap satu minggu sekali.
Ketika ditemui di Polda Metro Jaya, Hatta menepis keterkaitan dirinya dengan Al-Khaththath. Dia sendiri enggan berkomentar lebih jauh soal gerakan yang dibangun Al Khaththath.
"Enggak enak komentar ini, karena bisa saja beda kasus, bisa beda derajat, beda kualitas, masalah dan sebagainya, beda data, beda info jadi enggak bisa disamaratakan," kata Hatta di Kopitiam Polda Metro, Jakarta.
Dia pasrah dan merasa sudah menjadi nasibnya ditetapkan sebagai tersangka makar meski tuntutan mereka kala itu bertepatan dengan Aksi 212.
"Ya, sudah hidup saya begini kali, dari aktivis tahun 70-an saya juga kan sering diperiksa, jadi
enjoy sajalah, dinikmati saja bagian dari sejarah hidup yang kita lalui," katanya.
Hatta tak menjelaskan secara detail hasil lapor dirinya kepada penyidik Polda Metro Jaya. Dia mengatakan hanya membahas hal biasa. "Ya ditanya sehat gak. Ngobrol-ngobrol aja," katanya.
Dugaan makar yang dituduhkan kepada mantan politikus Partai Amanat Nasional ini didasarkan atas tuntutan pelaksanaan Sidang Istimewa MPR untuk mencabut mandat Presiden Joko Widodo dan wakilnya, Jusuf Kalla. Saat itu, Hatta mengikuti pertemuan di Universitas Bung Karno yang diduga polisi sebagai tempat merencanakan makar.