Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak ditetapkan sebagai tersangka makar, aktivis Hatta Taliwang mengaku banyak orang enggan menjalin komunikasi dengannya. Untuk bertahan hidup, dia menjalin bisnis dengan beberapa rekannya.
"Kami jadi tersangka, enggak semua orang mau komunikasi sama kami. Jadi orang yang masih berkomunikasi, kami ajak bisnis," kata Hatta usai menghadiri panggilan Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (3/4).
Bisnis yang digeluti Hatta adalah menjual hasil tenun dari kampung halamannya, Nusa Tenggara Barat. Dia bercita-cita mempopulerkan tenun hingga ke tingkat internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya lagi obsesi mempopulerkan tenun asal NTB, daerah saya. Jadi saya coba bantu usaha-usaha kecil yang ada di daerah," ucapnya.
Hatta ditangkap di salah satu flat di Rumah Susun Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, 8 Desember 2016. Sejak saat itu, aktivis yang getol melancarkan kritik kepada pemerintah tersebut ditetapkan sebagai tersangka makar sebagaimana diatur dalam Pasal 107, 110, dan 87 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Hingga saat ini, dia sudah delapan kali menghadiri pemanggilan dengan status wajib lapor seminggu sekali.
Hatta mengatakan, tetap kooperatif mengikuti proses hukum yang berlaku. Dia tidak berharap banyak kasusnya dihentikan oleh Polda Metro Jaya.
"Saya kira bukan ini saat untuk ngomong. Belum momennya untuk ngomong macam-macam," tuturnya.
Di sisi lain, dia mengatakan komunikasinya dengan tersangka makar Rachmawati Soekarnoputri berjalan lancar. "Sesama orang yang kena kasus masih. Insya Allah, kami baik-baik silaturahmi. Ini cara saya," kata anak angkat Jenderal Besar (TNI) Abdul Haris Nasution ini.
Pergerakan di dunia aktivis sudah dilakoni Hatta sejak mahasiswa. Dia pernah menjadi Ketua Dewan Mahasiswa Muhammadiyah pada 1977-1978.
Soal kritik kepada rezim yang berkuasa, Hatta juga menyampaikan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia beberapa kali menyampaikan kritik terbuka melalui tulisan-tulisannya.
Pada 2014 misalnya. Dia mengirim surat terbuka kepada MPR/DPR untuk memanggil SBY atas dugaan tidak transparan tentang utang yang masih ditanggung negara.
Bersama Komite Nasional Penyelamat Rakyat (KN-KPR), dia juga pernah mendorong sidang istimewa untuk menurunkan SBY dari jabatannya.
Kini bersama sembilan tersangka makar lainnya, Hatta menunggu kelanjutan kasusnya. Dia mengaku coba berpikir positif ata hal yang dia alami.
"Saya ikuti aja. Kalau dibilang lapor ya saya lapor," katanya.