Jakarta, CNN Indonesia -- Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, informasi terduga pelaku yang diterima Kepolisian berbeda dengan yang dimiliki penyidik senior KPK Novel Baswedan.
Pernyataan itu disampaikan oleh Tito setelah kepolisian menerima informasi dari saksi penting yang sempat melihat pelaku lima menit sebelum penyiraman air keras terhadap Novel.
Novel Baswedan, kepada sejumlah media, mengatakan terduga penyiram air keras ialah seorang satpam. Informasi ini didapat dari seorang anggota detasemen khusus (Densus).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Informasi itu diklarifikasi oleh Tito. Ia menuturkan, satpam bernama Letaluhu tak memenuhi detail terduga pelaku yang diberikan saksi penting.
"Terduga pelaku ini 167-170 cm. Lestaluhu 157 cm. Jadi bukan profil itu. Saksi di TKP yang sudah BAP juga mengatakan bukan dia (Lestaluhu)," ujar Tito di Kantor Presiden, Senin (31/7).
Tito menjelaskan, sejak kejadian, empat pejabat yakni Kapolres Jakarta Utara, Kapolda Metro Jaya, Kabareskrim, dan Kadensus 88 dihubungi untuk turun tangan menangkap pelaku.
Tim densus menelusuri dunia maya sampai ditemukan satu akun Facebook mencurigakan. Di sana, tim menemukan gambar Lestaluhu. Informasi itu yang diduga diterima Novel.
Tito menyebut foto itu langsung ditunjukkan kepada saksi-saksi TKP. Para saksi mengaku pernah melihat Lestaluhu tetapi tidak saat penyiraman air keras.
Selain itu, polisi juga mengecek alibi dan keberadaan Lestaluhu melalui teknologi informasi dan rekaman CCTV. Keseluruhan pencarian itu menunjukkan Lestaluhu bukan pelaku penyiraman.
"Kemudian, ini sampai informasinya ke saudara Novel, persepsi berubah jadi itulah pelakunya," kata mantan Kapolda Metro Jaya ini.
Terlepas dari perbedaan informasi tersebut, Tito menyatakan jajarannya terbuka apabila tim KPK nantinya mengecek ulang atau memverifikasi data-data terakhir yang dimiliki kepolisian.