Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah mobil berwarna gelap memasuki kompleks Wisma Negara, Senin (31/7), sekitar pukul 14.16 WIB. Mobil itu dikawal sebuah Jeep dan dua motor patroli pengawal.
Seorang penjaga keamanan di Wisma Negara mengatakan, pria di dalam mobil berwana gelap yang masuk melalui 'pintu samping' istana itu adalah Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Kemarin, di sela perayaan Lebaran Betawi di Setu Babakan, Jakarta Selatan, Jokowi mengatakan, akan memanggil Tito ke kantornya. Kata Jokowi, dia ingin berbicara dengan Tito soal penuntasan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK, Novel Baswedan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak teror penyiraman air keras 11 April 2017, polisi belum menangkap pelaku teror. Sejumlah orang yang diduga melakukan penyerangan telah diperiksa. Saksi-saksi, termasuk Novel Baswedan juga telah dimintai keterangan. Namun, tak ada satu pun orang yang ditetapkan sebagai tersangka.
Desakan agar Jokowi 'turun tangan' menyelesaikan pengungkapan teror terhadap Novel terus bergulir. Bahkan, KPK meminta Jokowi untuk membentuk Tim Independen Pencari Fakta kasus Novel. Usulan agar Jokowi membentuk Tim Independen juga disuarakan aktivis ICW Tama S Langkun.
Lewat surat terbuka, Tama mengatakan, ada dua alasan agar Jokowi membentuk tim independen. Pertama, diyakini bahwa aktor utamanya sementara ini punya posisi yang kuat bahkan tidak tersentuh. Sehingga perlu langkah luar biasa dan pengawasan langsung dari Presiden. Kedua, mengingatkan kembali janji Bapak Presiden Joko Widodo untuk memperkuat KPK.
Namun, Indonesia Police Watch (IPW) berpendapat lain. Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane tidak setuju dengan pembentukan Tim Independen Pencari Fakta kasus Novel.
"Kami melihat tidak mudah untuk menuntaskan kasus Novel," kata Neta dalam keterangan tertulis yang diterima CNN Indonesia.com.
Kendati demikian, Neta mengapresiasi pemanggilan Tito Karnavian oleh Jokowi untuk membahas penuntasan kasus teror terhadap penyidik KPK Novel Baswedan karena dengan pemanggilan itu diharapkan penuntasan kasus Novel bisa lebih cepat lagi.
Neta menuturkan, Tim Pencari Fakta juga akan kesulitan untuk membongkar kasus teror terhadap Novel.
Sebab tidak ada saksi dan alat bukti yang komrehensif untuk mengungkap pelaku.
"Sehingga perlu waktu yang cukup panjang untuk mengungkap kasus ini," katanya, "Dalam dunia kejahatan yang bermodus hit and run memang tidak mudah untuk mengungkap dan menangkap pelakunya."
Kata dia, sama seperti kasus penembakan gelap yang relatif rendah keberhasilan pengungkapannya. Untuk membongkar kasus penembakan gelap, sangat tergantung temuan petugas kepolisian di lapangan dan informasi yang diberikan masyarakat.
Neta menjelaskan sejumlah alasan agar Jokowi tidak membentuk Tim Pencari Fakta Independen.
Kata dia, kasus ini baru beberapa bulan ditangani Polri sehingga kepolisian perlu waktu untuk mengungkapkannya.
KPK saja, kata dia, pun perlu waktu panjang untuk mengungkap sebuah kasus korupsi. Dalam kasus dugaan korupsi di Pelindo II misalnya, sudah lebih dari setahun tidak ada tanda tanda dituntaskan KPK.
"Tapi publik tetap memberikan kesempatan kepada KPK untuk menuntaskannya dan publik tidak menuntut dibentuknya Tim Pencari Fakta Independen untuk menuntaskan kasus Pelindo II tersebut," katanya.
Menurutnya, tim KPK juga sudah bergabung dengan Polri untuk menuntaskan kasus Novel.
"Polri juga sudah menambah kekuatan personel intinya untuk menuntaskan kasus Novel, selain dari Polda Metro Jaya ikut bergabung dari polres dan Mabes Polri," kata dia.
Kemajuan kasus penanganan kasus Novel, kata dia, juga cukup signifikan.
"50 saksi sudah diperiksa, 5 orang yang dicurigai sempat diamankan, sejumlah cctv di radius 1 Km sudah diamankan dan sketsa orang yang dicurigai sudah dibuat," katanya.
Jadi, Polri dinilai IPW cukup serius untuk menuntaskan kasus Novel.
"Hanya memang Polri perlu lebih aktif lagi mengkomunikasikan progres penanganan kasus ini agar publik melihat bahwa Polri sudah bekerja serius," katanya.
Dikatakan Neta, Novel juga perlu bersikap aktif membantu penyidik Polri untuk mengungkap kasus ini.
"Semua pihak memang perlu membantu Polri dan KPK agar kasus Novel ini bisa terungkap tuntas," kata dia.
Pertemuan antara Jokowi dan Tito diharapkan memunculkan langkah baru untuk menuntaskan kasus Novel, apakah membentuk tim independen atau tetap memercayakan penyelesaian kasus ini di tangan Polri.
Apapun langkah yang diambil Jokowi, masyarakat tetap menanti akhir cerita teror Novel Baswedan. Terutama teka-teki tentang siapa pelaku dan dalang teror Novel?