Jakarta, CNN Indonesia -- Pihak Istana Negara memberi respon soal penanganan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan. Pembentukan TGF didesak sejumlah pihak karena dianggap lebih efektif mengungkap kasus penyiraman air keras itu.
"Sekarang belum ada kesimpulan, belum ada rencana membentuk TGPF atau tidak," ujar Juru Bicara Presiden Johan Budi ketika dikonfirmasi, Jumat (4/8).
Mantan juru bicara KPK itu menuturkan, belum ada kesimpulan ke arah TGPF karena laporan lengkap Kapolri Jenderal Tito Karnavian kepada Presiden Joko Widodo awal pekan ini di Istana Merdeka.
Dalam pertemuan internal itu, Tito mengungkapkan hasil penyelidikan selama lebih dari 100 hari termasuk temuan terbaru, yakni sketsa wajah salah satu terduga pelaku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sketsa itu didapat dari keterangan saksi-saksi penting polisi. Saksi melihat orang setinggi 167-170 cm dan berkulit gelap di lokasi kejadian sekitar lima menit sebelum penyiraman air keras.
Atas dasar itu, Jokowi disebut hanya menginstruksikan Kapolri segera menyelesaikan perkara ini meski tidak disebut limit waktu penyelesaian. "Presiden menunggu progress yang dilakukan Polri terhadap penyelidikan," tutur Johan.
Di sisi lain, Johan menegaskan tim independen sebenarnya dapat dibentuk siapa saja. Namun, Istana disebut saat ini belum berencana membentuk tim dimaksud.
Sebelumnya, sejumlah pihak termasuk LSM dan Muhammadiyah mengusulkan Jokowi segera membentuk TGPF. Sebab, penyelidikan kasus ini dinilai jalan di tempat diduga akibat banyak kepentingan di tubuh Polri.
Hingga kini, jajaran Polda Metro Jaya belum berhasil mengungkap penyiram air keras itu. Tiga terduga pelaku sempat diamankan, namun dilepaskan kembali.