Jakarta, CNN Indonesia -- Gerakan Pramuka Indonesia memasuki usia ke-56 hari ini, Senin (14/8). Bukan usia yang muda bagi suatu gerakan kepanduan dalam sejarah negara Indonesia.
Istilah Pramuka sendiri merupakan akronim dari praja, muda, karana yang berarti 'jiwa muda yang suka berkarya'.
Kegiatan yang dilakukan anggota pramuka umumnya berupa ajang untuk mengasah keterampilan dan kreativitas, meningkatkan ketangguhan jasmani dan rohani, serta kedisiplinan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktivitas kepramukaan biasanya dilakukan di alam terbuka dan bersifat menyenangkan. Setiap aktivitas mereka itu bertujuan untuk membentuk watak, akhlak, dan budi pekerti yang luhur.
Keanggotaan pramuka meliputi Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun), dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota yang lain yaitu Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih Pramuka, Pamong Saka Pramuka, Staf Kwartir, dan Majelis Pembimbing.
Sejak resmi dibentuk pada 14 Agustus 1961 silam, Gerakan Pramuka Indonesia identik dengan kegiatan sosial. Pramuka dikenal aktif dalam kegiatan sosial, baik yang diinisasi oleh Pramuka itu sendiri, mau pun dalam kegiatan yang ada di masyarakat.
Pramuka Indonesia kini ibarat di persimpangan jalan, karena dianggap sudah mulai surut semangatnya dalam menggelorakan gerakan praja, muda, karana.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot Dewa Broto menceritakan pengalamannya saat dulu masih aktif menjadi anggota pramuka.
"Pada tahun 1977, waktu itu saya masih kelas tiga SMP, saya menjadi anggota kontingen DIY, anggotanya beberapa orang putra dan putri ikut Jambore nasional di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara," tutur Gatot kepada
CNNIndonesia.com, Minggu (13/8).
Gatot masih ingat betapa sulit dirinya untuk menjadi anggota pramuka dulu. Oleh karena berhasil melalui tahap yang sulit itu, Gatot merasa bangga dapat menjadi bagian dari pramuka dalam sejarah hidupnya.
"Ada kebanggaan yang saya rasakan saat menjadi pramuka," katanya.
Dia begitu antusias saat bercerita tentang pengalamannya sebagai pramuka saat mengikuti berbagai kegiatan sosial. Hingga saat ini, dia merasakan banyak manfaat dari pengalamannya menjadi pramuka di masa lalu.
"Saya, sejak merintis karier dari bawah hingga di Kemenpora, selalu terbawa spirit pramuka. Misalnya, saat ada permasalahan seperti ini, mesti bagaimana. Kalau terdesak, mesti melakukan apa," ujar Gatot.
Gatot merasa ada perubahan dalam eksistensi pramuka di masa kini. Saat ini keberadaan pramuka tidak dioptimalkan dalam berbagai kegiatan sosial di masyarakat. Padahal, Pramuka memiliki modal mumpuni untuk diterjunkan ke masyarakat.
Gatot, sebagai pihak dari Kemenpora, mengaku bukan tidak bisa berbuat apa-apa dalam rangka mengoptimalkan Pramuka. Pihaknya hanya bertanggungjawab dalam aspek pembinaan, sementara pelaksanaan kegiatan Pramuka berada di tangan Kwartir Nasional.
"Kami mendorong agar gerakan pramuka agar lebih implementatif. Kalau hanya sekadar jadi optional, kalau bahasa anak muda, enggak nendang," kata Gatot.
Dia menganggap keterbatasan anggaran bukan alasan yang tepat atas kondisi terkini Pramuka. Memajukan Pramuka menurutnya harus mengutamakan sinergi dengan lembaga-lembaga terkait, sehingga keterbatasan anggaran tidak bisa dijadikan kambing hitam.
"Jangan hanya ramai menjelang Ramuna, atau hari ulang tahun saja," tutur Gatot.
Gatot berharap Pramuka kembali digalakkan di institusi pendidikan. Hal itu dianggap perlu karena setiap kegiatan Pramuka memberi banyak pengalaman positif kepada generasi muda, misalnya meningkatkan ketangguhan, kedisiplinan, keterampilan, dan kreativitas.
Pun demikian, Pramuka juga sejalan dengan kehendak Presiden Joko Widodo yang ingin meningkatkan penguatan karakter terhadap generasi muda. Apalagi, banyak kegiatan Pramuka yang berkaitan dengan penguatan karakter.
"Api unggun (misalnya), itu esensinya kebersamaan," ujar Gatot.
Selain itu, Pramuka juga dapat menghindarkan generasi muda dari perilaku negatif melalui kegiatan-kegiatannya. Dia mengaku hingga saat ini masih memiliki beban moral sebagai mantan anggota pramuka kala ingin melakukan tindakan yang kurang baik.
Bahkan, Gatot yakin pramuka juga dapat mencegah masuknya pengaruh radikal di antara generasi muda. "Pramuka kan juga didorong masalah akhlak. Ketaatan kepada Tuhan itu kan nomor satu dalam Dasa Dharma," tutur Gatot.
Gatot menilai pramuka dapat menjadi media generasi muda yang tepat untuk mempersiapkan diri menghadapi kemajuan zaman. Generasi muda dapat mengasah kreativitas melalui kegiatan pramuka dalam rangka menghadapi zaman yang menuntut inovasi.
"Jangan sampai generasi muda ini, dengan pendidikan yang muatan sainsnya tinggi, tapi ujung-ujungnya pembentukan karakter itu kurang. Sekarang Pak Jokowi concernnya masalah karakter kan," kata Gatot.