Demo Rohingya Ricuh, Massa Ngotot Mendekat ke Kedubes Myanmar

Tiara Sutari | CNN Indonesia
Senin, 04 Sep 2017 14:27 WIB
Massa memaksa menggelar aksi persis di depan gerbang masuk Gedung Kedubes Myanmar, bahkan bila perlu masuk ke area gedung. Aksi saling dorong sempat terjadi.
Demo di depan Kedubes Rohingya sempat ricuh karena massa memaksa mendekat ke Gedung Kedubes Myanmar. (CNN Indonesia/Tiara Sutari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Puluhan orang dari Barisan Muda Partai Amanat Nasional memaksa masuk ke area Kedutaan Besar Myanmar saat menggelar aksi solidaritas Rohingya di Jakarta, Senin (4/9). Mereka sempat bersitegang dengan petugas keamanan yang menghalangi.

Pantauan CNNIndonesia.com massa mulai berdatangan sejak pulul 13.10 mereka pun meneriakan agar Duta Besar Myanmar untuk Indonesia keluar dan menemui massa.

"Hai kalian pelaku pembantaian, keluar sekarang," teriak massa aksi di seberang Gedung Kedubes Myanmar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dorongan untuk menembus dan memasuki gedung kedutaan besar Myanmar pun sempat dilakukan oleh para peserta aksi itu. Massa pun sempat bersitegang dengan kepolisian soal lokasi aksi dan keinginan untuk masuk secara paksa ke dalam gedung. 
"Aksinya tolong jangan di depan pintu gerbang," kata Kapolsek Menteng Ajun Komisaris Besar Ronald Purba.

"Tidak, kami mau aksi di sini, langsung di depan pintu, kalau perlu kami akan masuk ke dalam," kata perwakilan peserta Aksi yang memaksa mendorong petugas kepolisian yang sedang bertugas melakukan pengamanan di kawasan itu.

Ronald berharap peserta aksi berlaku tertib seperti aksi sebelumnya. Namun massa berkeras dan menyatakan mereka berbeda dengan massa yang menggelar aksi sebelumnya.
Setelah diskusi yang cukup alot, massa pun akhirnya menyetujui permintaan kepolisian. Mereka pun menemui titik temu dan setuju untuk melakukan orasi di seberang gedung Kedubes Myanmar. 

Pembantaian terhadap ribuan etnis Rohingya di Rakhine State, Myanmar telah mendapatkan kecaman dari berbagai masyarakat internasional. Pembantaian yang menewaskan lebih dari 400 penduduk etnis Rohingya itu pun bermula dari konflik masyarakat sipil dan militer Myanmar. 

Akibat kejadian ini, Aung San Suu Kyi yang merupakan tokoh penting di negara itu pun dituntut untuk mengembalikan nobel perdamaian yang dia terima pada 1991 lalu. Dia dianggap sebagai pemimpin yang telah melakukan pembiaran terhadap praktek genosida yang terjadi di negaranya. (sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER