TNI Sebut Pemutaran Film G30S/PKI Tak Panaskan Situasi

CNN Indonesia
Senin, 18 Sep 2017 11:56 WIB
TNI mengklaim pemutaran film tersebut bisa memperjelas sejarah soal peristiwa 1965. Ia bahkan mempertanyakan siapa yang tersinggung dengan pemutaran film itu.
Arsip film tentang Penghianatan G30S PKI di Ruang Arsip Sinematek Indonesia yang ditunjukkan pada 22 November 2016. (CNN Indonesia/Denny Aprianto)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jenderal Wuryanto menyebut pemutaran film Penumpasan Pengkhianatan G30S PKI bertujuan untuk memperjelas fakta sejarah. Ia membantah bahwa rencana pemutaran film tersebut di markas-markas TNI bisa memanaskan situasi di masyarakat.

Ia bahkan menyebut, mereka yang panas atau tersinggung pada pemutaran film itu bisa jadi karena terlibat.

"Yang merasa kepanasan itu siapa. Kalau yang merasa kepanasan, orang yang mungkin tersinggung, terlibat di dalamnya.  Tidak (memanaskan suasana), memperjelas malah," kata Wuryanto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (18/9).
Secara pribadi, Wuryanto mengakui film itu memang menuai kontroversi setelah dihentikan kewajiban tayangnya pascareformasi. Namun menurutnya, film itu sendiri dibuat berdasarkan fakta yang terjadi dengan melibatkan berbagai pihak dari mulai ahli hingga pelaku sejarah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yang menganggap itu sebagai tidak benar, itu pasti ada kepentingannya, itu pasti, kami semuanya berdasarkan fakta kok," ujar Wuryanto.

Wuryanto menyampaikan awalnya pemutaran ulang film tersebut hanya akan dilakukan untuk para prajurit TNI saja. Namu ternyata masyarakat juga menghendaki untuk bisa ikut menyaksikan pemutaran ulang film yang diproduksi pada 1984 silam.

"Tokoh-tokoh masyarakat, alim ulama, tokoh agama menginginkan nonton film itu juga, makanya kami sampaikan ke prajurit, silahkan untuk masyarakat yang mau nonton untuk bergabung," tutur Wuryanto.
Wuryanto mengatakan pemutaran ulang film Pengkhianatan G-30 S/PKI di momen bersejarah jelang Hari Kesaktian Pancasila juga untuk mengingatkan kembali tentang sejarah kebangsaan yang mungkin tidak diterima secara utuh oleh generasi sekarang.

Momen bersejarah ini, menurut Wuryanto juga masih dimanfaatkan kelompok-kelompok tertentu yang berupaya memaksa pemerintah untuk mencabut TAP MPRS Nomor XXV/1966.

"Kelompok-kelompok itu, apakah simpatisannya, apakah yang terlibat langsung, dan lain-lain, untuk bersuara keras dengan memaksa pemerintah untuk meminta maaf, memaksa pemerintah untuk mencabut TAP MPRS nomor 25, untuk memutarbalikkan fakta," kata Wuryanto.
Film Pengkhianatan G-30 S/PKI memiliki durasi 271 menit. Setelah diproduksi, sepanjang masa Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto, film ini selalu diputar dan wajib ditonton setiap jelang Hari Kesaktian Pancasila yakni pada 30 September malam.

Film ini sendiri menggambarkan masa menjelang kudeta dalam gerakan 30 September 1965. Aksi kudeta itu sendiri disebut berhasil digagalkan, dan Hari Kesaktian Pancasila pun dirayakan untuk mengenang peristiwa tersebut setiap 1 Oktober 2017.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER