Rektor IKJ: Film G30S/PKI Bukan untuk Pencarian Fakta Sejarah

ANTARA | CNN Indonesia
Sabtu, 23 Sep 2017 09:23 WIB
Rektor Institut Kesenian Jakarta menilai bahwa film G30S/PKI bukan untuk pencarian fakta sejarah. Ia juga menganggap film itu "menyebalkan".
Seno Gumira Ajidarma menilai bahwa film G30S/PKI bukan untuk pencarian fakta sejarah. Ia juga menganggap film itu "menyebalkan". (CNN Indonesia/Rahman Indra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Rektor Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Seno Gumira Ajidarma menilai bahwa film ‘Pengkhianatan G30S/PKI’ menarik untuk dipelajari sebagai kasus, bukan untuk pencarian fakta sejarah.

"Jadi, film ini menarik untuk dipelajari sebagai kasus saja, bukan untuk dinikmati, apalagi untuk mencari fakta sejarah," ujar Seno, di Galeri Foto Jurnalistik Antara, Jakarta, seperti yang dilansir dari Antara pada Sabtu (23/9).


Ia menilai, sang sutradara Arifin C Noer dapat memberi arahan kepada pemain dengan baik sehingga penampilan mereka terlihat menarik. Namun, secara keseluruhan, film berdurasi 271 menit itu merupakan film propaganda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu filmnya menyebalkan," ujar Seno.


Terkait nonton bareng (nobar) ‘Pengkhianatan G30S/PKI’ yang disebut untuk mencegah tumbuh kembali ideologi komunis, menurut Seno, tergantung pada penilaian apakah memang diperlukan oleh orang banyak.

Sementara mengenai keinginan Presiden Joko Widodo untuk pembuatan ulang film agar sesuai dengan generasi muda, Seno menilai hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat versi baru beserta pandangan lainnya.

"Boleh, bisa, artinya pendapat orang sekarang bagaimana, dalam ngomongin peristiwa 1965. Setiap orang boleh bikin versinya, pengkhianatan boleh, lainnya juga boleh," kata Seno.

Ada pun kegiatan nobar film berdurasi 271 menit itu merupakan perintah Panglima TNI, yang berharap agar generasi muda sadar akan bahaya paham komunis yang pernah berkembang di Indonesia.


Kegiatan nobar juga bertujuan mengingatkan masyarakat akan sejarah kelam perjalanan bangsa Indonesia dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), saat terjadi pengkhianatan PKI pada 30 September 1965.

Melalui pemutaran film itu juga diharapkan akan semakin tumbuh rasa nasionalisme dan cinta Tanah Air serta memiliki rasa persatuan dan kesatuan.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER