Jakarta, CNN Indonesia -- Massa Nahdlatul Ulama diyakini bakal terbelah seandainya Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa maju dalam kontestasi pemilihan gubernur Jawa Timur 2018 mendatang. Saat ini, dukungan kepada Khofifah sudah datang dari Partai Golkar.
Pengamat politik dari Centre for Strategis and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan, jika Khofifah maju, massa NU akan terbelah menjadi dua poros dukungan untuk Khofifah dan calon lain Saefullah Yusuf yang hampir dipastikan diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa.
"Karena keduanya punya latar belakang NU yang kuat. Makanya, Cak Imin (Ketua PKB) paling resisten dengan wacana majunya Khofifah," ujar Arya kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (3/10).
Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf, tercatat pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PKB. Ia juga pernah menjadi Ketua Gerakan Pemuda Ansor, sebuah organisasi kepemudaan yang berafiliasi dengan NU.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serupa Gus Ipul, Khofifah juga pernah menjadi elite PKB dan kini menjabat Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat NU periode 2016-2021.
Dengan sama-sama memiliki latar belakang NU, faktor lain yang harus dipertimbangkan untuk meraih suara adalah terkait sosok calon pendamping. Untuk hal ini, baik Gus Ipul maupun Khofifah--seandainya maju-- harus mempertimbangkan faktor wilayah asal sosok calon pendamping.
Arya mengatakan ada beberapa kantong suara di wilayah Jawa Timur yang dibagi berdasarkan perbedaan kultur. Kantong-kantong wilayah tersebut antara lain Tapal Kuda, Mataraman, dan wilayah Arek.
Tapal kuda meliputi wilayah Gresik, Jombang, Banyuwangi, Madura. Mataraman terdiri dari wilayah Ngawi, Madiun, Blitar, Ponorogo, Magetan, Kediri, dan wilayah Arek meliputi Surabaya serta Malang.
"Jadi jika Khofifah atau Gus Ipul berasal dari kantong suara tertentu, dia harus mencari calon pendamping yang punya basis massa kuat dari kantong suara lain," kata Arya.
 Wakil Gubernur Jawa Timur Gus Ipul berpotensi berhadapan dengan Khofifah di Pilgub Jatim 2018. (ANTARA FOTO/Zabur Karuru) |
Sosok Non-NUSelain pertimbangan wilayah kantong suara, Arya juga menyebut baik Gus Ipul maupun Khofifah patut mempertimbangkan calon pendamping yang bukan berasal dari NU.
"Ini pun penting untuk memperluas basis dukungan. Catatan saya masih ada ceruk antara 30 sampai 35 persen untuk para pemilih non NU di Jawa Timur," ujarnya.
Pertimbangan wilayah kantong suara dan sosok non NU itu diyakini bakal sangat mempengaruhi perebutan suara di Pilgub Jatim. Adapun soal pengaruh partai, Arya menilai karakteristik pemilih di Jawa Timur tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh partai pendukung.
Karakteristik itu salah satunya tercermin dari kegagalan PKB memenangkan calon yang mereka usung dalam dua pemilihan gubernur sebelumnya.
"Di Jawa Timur, partai memang berpengaruh namun dalam batas-batas tertentu. Yang paling bagus adalah calon yang kuat didukung oleh partai dengan basis massa kuat," kata Arya.
Sejauh ini baru nama Gus Ipul dan Khofifah yang santer beredar bakal maju dalam pemilihan gubernur Jawa Timur. PKB sendiri sudah menyatakan bakal mengusung Gus Ipul.
Sebagai partai dengan kursi terbanyak (20 dari 100 kursi) di DPRD Jawa Timur, PKB berhak mengusung calon sendiri tanpa harus berkoalisi.
Di kubu Khofifah, Partai Golkar telah kuat mengindikasikan dukungannya. Jika terealisasi, maka Golkar harus menggandeng partai lain agar bisa memenuhi syarat mengajukan calon gubernur.
Saat ini Golkar memperoleh 11 kursi di DPRD Jawa Timur atau masih membutuhkan minimal 9 kursi untuk memenuhi syarat pencalonan gubernur.
"Yang harus dicatat adalah, jika dua calon NU ini (Khofifah dan Gus Ipul) jadi bertarung, maka bisa memunculkan satu calon alternatif non-NU yang mungkin jadi kuda hitam," kata Arya.