Bulan Madu Menegangkan untuk Anies-Sandi

CNN Indonesia
Senin, 16 Okt 2017 09:18 WIB
Masa 100 hari kerja Anies Baswedan-Sandiaga Uno akan menjadi tolok ukur penilaian warga terhadap kinerja pemimpin baru DKI Jakarta.
Masa 100 hari kerja Anies Baswedan-Sandiaga Uno akan menjadi tolok ukur penilaian warga terhadap kinerja pemimpin baru DKI Jakarta. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anies Baswedan dan Sandiaga Uno akan menjalani masa 'bulan madu' usai dilantik sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2017-2022, Senin (16/10) di Istana Negara.

Ibarat pengantin baru, masa bulan madu adalah masa yang paling indah. Masa-masa di mana pasangan saling mengenal satu sama lain. Mengenal lebih dalam kepribadian, watak, dan karakter yang mungkin belum terlalu terlihat sebelumnya.

Anies-Sandi 'dijodohkan' di rumah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, di Jalan Kertanegara, pada 23 September 2016. Keduanya diumumkan sebagai bakal pasangan calon yang diusung Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah berbulan-bulan menjalani masa kampanye, Anies-Sandi memenangkan Pilkada dengan mengalahkan petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan wakilnya Djarot Saiful Hidayat dengan selisih persentase 57,96 persen melawan 42,04 persen.


Masa kerja 100 hari pertama adalah bulan madu jabatan Anies-Sandi. Namun masa-masa perdana itu tak berarti bakal berjalan seindah yang dibayangkan.

Pengamat politik Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandez mengatakan, 100 hari pertama merupakan masa yang paling berat karena semua orang menyoroti kinerja dan janji selama kampanye.

Ekspekstasi publik memuncak pada 100 hari masa kerja dan orang akan mudah membandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.

"Seratus hari ini saya kira masa bulan madu dan cukup menegangkan bagi mereka karena akan diminta realisasi terhadap janji kampanye, " kata Arya kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Bulan Madu Menegangkan untuk Anies-SandiAnies Baswedan dan Sandiga Uno saat menghadiri acara syukuran doa bersama kader PKS di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Minggu, (15/10).(CNN Indonesia/Hesti Rika)

Saat kampanye Pilkada 2017 lalu, Anies-Sandi melontarkan 23 janji program, di antaranya janji menolak proyek reklamasi Teluk Jakarta dan rumah DP nol rupiah yang menjadi program andalan mereka.

Tantangan lain di masa bulan madu Anies-Sandi, kata Arya, adalah pembahasan Rancangan Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2018. Anies-Sandi yang didukung PKS dan Gerindra tidak terlalu kokoh pondasinya, karena dua partai itu merupakan fraksi minoritas di DPRD DKI Jakarta.

"Tentu tidak mudah bagi pasangan ini untuk mengegolkan APBD karena PKS dan Gerindra bukan mayoritas partai di DPRD DKI," kata Arya.


Arya menekankan satu tantangan terbesar untuk mereka, yakni kelanjutan proyek reklamasi. Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan diketahui telah mencabut moratorium reklamasi, sepuluh hari sebelum keduanya dilantik.

"Bagaimana Anies-Sandi menegosiasikan ini? Apakah sesuai janji kampanye menolak atau melunak? Ini akan terlihat di 100 hari pertama," kata dia.

Sementara, pengamat politik Pangi Syarwi menilai, bahwa tantangan berikutnya untuk Anies-Sandi adalah menjaga keharmonisan antara gubernur dan wakil gubernur, terutama mengenai pembagian kerja dan kewenangan.

Wakil gubernur, kata Pangi, seringkali tidak diberikan kewenangan lebih yang berakibat mulai muncul distrust atau ketidakpercayaan di antara mereka.

"Di daerah lain, keharmonisan gubernur dengan wakil gubernur hanya enam bulan yang paling rawan kompetisi antara mereka," kata Pangi.

Persoalan porsi pembagian kerja, kata Pangi, penting untuk diperhatikan Anies-Sandi agar tidak muncul dominasi dan monopoli kekuasaan penuh oleh gubernur.

Potensi Keretakan
Bulan Madu Menegangkan untuk Anies-SandiAnies-Sandi dan Tim Sinkronisasi menggelar konferensi pers beberapa waktu lalu. (CNN Indonesia/Safir Makki)

Keretakan pernah terjadi pada era Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan Prijanto pada 2011 lalu. Hal itu juga terjadi di era kepemimpinan Joko Widodo-Ahok.

Kala itu, Prijanto mengundurkan diri dari jabatannya karena kecewa dengan birokrasi DKI. Dia kala itu merasa tidak dilibatkan penuh dalam proses pengambilan keputusan.

Hal itu berbeda dengan Jokowi-Ahok yang berpisah karena mantan Wali Kota Solo itu kemudian maju sebagai calon presiden pada pemilu 2014.

Untuk saat ini, baik Arya maupun Pangi sependapat bahwa belum tercium potensi keretakan antara Anies-Sandi.

"Karena keduanya sadar bahwa mereka saling membutuhkan," ujar Arya.


Anies yang merupakan kader nonpartai, menurut Arya, membutuhkan Gerindra dan PKS. Kemudian Sandi juga butuh Anies karena faktor ketokokohannya.

"Jadi saya belum mencium ada potensi keretakan, masih terlihat kompak," ujarnya.

Demikian pula Pangi menilai Anies-Sandi saat ini masih menunjukkan kesan kompak dan belum terlihat sinyal keretakan di antara mereka.

"Untuk lima bulan ke depan belum bisa kita menyimpulkan atau mengambil kesimpulan yang melompat, dilantik saja belum," ujar Pangi.

Anies-Sandi telah berjanji bakal merealisasikan janji-janji kampanye mereka yang terangkum dalam 23 program. Warga pun berharap dua pemimpin baru DKI Jakarta itu bisa menjadikan Jakarta sebagai kota yang lebih santun, damai, dan aman.
[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER