Salah satu orang tua korban dari Desa Cililin, Ano, bercerita saat ditemui
CNNIndonesia.com di RS Polri Kramatjati, Jumat (27/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ano adalah ayah dari Gugun Gunawan, 17 tahun, yang nasibnya belum diketahui.
Ano sedang asyik mengarit di perkebunan milik TNI di Cililin, Kabupaten Bandung Barat, pada Kamis (26/10), saat seorang cucunya tiba-tiba membawa kabar kebakaran di pabrik kembang api tempat anaknya bekerja.
Mendengar kabar itu Ano lantas meninggalkan pekerjaannya. Ia berlari menuju rumah kepala desa Batulayang, Cililin, untuk mencari tahu kebenaran informasi tersebut.
Tak banyak informasi yang didapat Ano dari kepala desa. Ia kemudian memutuskan pergi ke Jakarta pada malam harinya, ditemani kepala desa untuk mencari tahu keberadaan anaknya.
RS Ibu dan Anak BUN Tangerang menjadi tempat pertama yang ia datangi setiba di Jakarta.
Di tempat itu, ia tak menemukan Gugun. Hatinya kacau. Kini, Ano menghadapi kemungkinan terburuk, Gugun berada di RS Polri, Kramatjati, tempat korban tewas dikumpulkan.
Ia sudah mempersiapkan berkas-berkas dokumen untuk pemeriksaan data antemortem di RS Polri. Ano hanya bisa terus berdoa dan memupuk keyakinan anaknya bisa ditemukan dalam keadaan hidup.
Selayaknya orang tua, Ano tak ingin kehilangan buah hatinya. Cerita tentang Gugun pun langsung mengalir dari mulutnya.
"Selepas lulus SMP Juli lalu, Gugun ingin langsung bekerja ke Jakarta bersama teman-teman satu desa. Izinnya kerja di pabrik kembang api," kata Ano membuka cerita tentang Gugun.
Tak punya kemampuan untuk melarang, Ano membolehkan Gugun berangkat ke ibu kota mencari nafkah pada Juli.
Hingga September, Ano tak mendapat kabar dan kiriman uang dari Gugun.
Kabar pertama dari anaknya baru dia dapatkan Oktober melalui sambungan telepon.
 Mayoritas korban tewas dalam kebakaran di pabrik kembang api, Tangerang, dibawa ke RS Polri Kramatjati, Tangerang. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta) |
Melalui sambungan telepon, kata Ano, Gugun menyampaikan keinginannya untuk pulang. "Gugun ingin merayakan tahun baru di kampungnya bersama keluarga besar," kata Ano mengenang.
Gugun, kata Ano, terbilang pendiam. Dia hobi bermain sepak bola.
Ano mengatakan, gaji anaknya sebagai penjaga mesin di pabrik kembang api tersebut hanya 900 ribu per bulan.
Dengan gaji itu Gugun sempat mengirim uang sebesar Rp500 ribu untuk dijadikan uang muka membeli motor baru.
Ano mengaku terpukul menghadapi kabar buruk yang ia terima.
Air di matanya tak lagi dapat ditahan. Matanya mulai berlinang, namun dia mengaku sudah ikhlas menunggu kabar tentang kondisi anaknya.
"Harapannya ganti rugi saja, saya sudah iklas," tutur Ano dengan mata tersedu.
[Gambas:Video CNN]'Satu Desa' Jadi KorbanKorban lain yang berasal dari Desa Batulayang, Cililin, adalah kakak beradik bernama Naya Sunarya (28) dan Adel Rosita (21).
Mereka berdua juga bernasib sama dengan Gugun yang hingga saat ini belum ditemukan.
Kepala Desa (Kades) Batulayang, Beben menceritakan berdasarkan saksi yang ada dilapangan saat kejadian kebakaran terjadi.
Saat itu, kata Beben, Naya sebenarnya berhasil keluar dari pabrik saat kebakaran terjadi, akan tetapi ia memilih kembali masuk setelah menyadari adiknya, Adel masih berada di dalam pabrik.
"Setelah keluar, kata Naya "Adik saya ke mana?" akhrinya dia masuk lagi, nah gak keluar lagi," tutur Beben yang menemani Ano ke Jakarta.
Tak ada yang tahu nasib Naya selanjutnya. Kakak beradik itu juga tak ditemukan saat api padam.
Beben yang turut mengantarkan keluarga korban ke Jakarta mengatakan bahwa belasan warganya yang menjadi korban di pabrik kembang api itu, awalnya bekerja di pabrik stiker.
"Mereka itu sembunyi-sembunyi bekerja di pabrik kembang api itu. para korban sebelumnya bekerja di pabrik stiker," ujar Beben.
Beben mengaku ia sempat melarang warganya bekerja di pabrik tersebut. Sebab, kata dia, sudah ada tiga orang warganya yang mengalami kecelakaan kerja di pabrik tersebut sebelum peristiwa ini terjadi.
[Gambas:Video CNN]