Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin membeberkan tiga tugas besar yang telah menanti untuk diselesaikan Panglima TNI yang baru. Yang pertama menurut Hasanuddin adalah melanjutkan program-program
Minimum Essential Force (MEF) atau kekuatan pokok minimum TNI.
MEF merupakan proses modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI untuk membentuk sebuah kekuatan militer yang disegani di kawasan.
TB Hasanuddin mengatakan program ini masih terganggu dan belum mencapai target di tahun ini. Padahal dalam rancana strategis, pemerintah ingin memastikan agar pada periode 2019-2024 MEF sudah mencapai 100 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Panglima yang baru mesti menuntaskan hingga 2024, setidaknya pengganti ini harus dikejar," ujarnya.
Tugas besar kedua, lanjut Hasanuddin, Panglima TNI yang baru harus meningkatkan profesionalisme dan disiplin prajurit.
Ia melihat masih ada beberapa prajurit yang terlibat dalam tindak kriminal narkoba, perkelahian, dan sebagainya yang menyebabkan tercorengnya citra TNI.
"Itu tidak boleh lagi," ujarnya.
Terakhir, Hasanuddin mengharapkan Panglima TNI yang baru harus berpedoman pada Undang-undang TNI Nomor 34 Tahun 2004 dalam menjalankan tugas. Peraturan ini penting untuk dipegang saat menentukan tugas bagi prajurit di luar kegiatan peperangan.
"Acara seperti menanam padi gitu dikurangi saja," kata purnawirawan TNI ini.
Panglima TNI yang baru nantinya akan menggantikan jabatan Jendral Gatot Nurmantyo yang akan pensiun pada tahun 2018 mendatang.
Gatot menjabat sebagai panglima TNI sejak 8 Juli 2015 menggantikan Jendral Moeldoko.
Hasanuddin berpendapat, Panglima TNI yang baru pantas disandang oleh prajurit dari Angkatan Udara. Dia beralasan, empat Panglima TNI sebelumnya berasal dari Angkatan Darat dan Angkatan Laut.
(wis/sur)