Jakarta, CNN Indonesia -- Memasuki musim hujan sejak Oktober lalu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan pengerukan di beberapa sungai dan saluran air di ibu kota, khususnya kawasan hulu yang intensitas hujannya tinggi.
"Pengerukan terus berjalan. Pak Gubernur (Anies Baswedan) menginstruksikan agar percepatan pengerukan terus berjalan, utamanya di kawasan-kawasan hulu," kata Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendrawan ketika dihubungi
CNNIndonesia.com, Jumat (17/11).
Pengerukan di hulu, kata Teguh, digiatkan di area Jakarta Selatan seperti Waduk Brigif di Jagakarsa, Waduk Situ Babakan, dan anak Kali Krukut, serta Jakarta Timur antara lain di Waduk Cimanggis, Waduk Kampung Rambutan, dan Waduk Giri Kencana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alat-alat berat di sana sudah bekerja sejak awal tahun.
"Hulu kan terutama memang intensitas tertinggi di wilayah Selatan dan Timur," ujar Teguh.
Soal pengerukan Kali Krukut, Teguh mengatakan, tadi malam sudah menambah tiga unit mobil amfibi dan 10 dam truk berkapasitas 10 meter kubik untuk mempercepat prosesnya.
Dia melanjutkan, pada Selasa (14/11) lalu Anies melakukan sidak ke Kali Krukut dan meninjau petugas yang mengeruk material penyebab kali tersebut dangkal. Pengerukan dilakukan untuk membuat palung agar wilayah Petogogan yang sering banjir lebih cepat mengalirkan airnya.
"Idealnya, normalisasi Krukut itu dengan trase yang ada, lebarnya 24 meter, sedangkan Ciliwung bisa sampai 40 meter. Sekarang kondisinya di awalnya kali krukut, paling lima meter sudah bagus," kata Teguh.
Upaya antisipasi banjir juga dilakukan dengan pengurasan saluran di sejumlah kecamatan antara lain Kecamatan Tanah Abang, Menteng, Gambir, hingga Johar Baru.
Teguh menegaskan, pasukan biru yang dikerahkan dinasnya sudah bekerja mengeruk dan membersihan saluran air sejak awal tahun. Namun, lanjutnya, masih ada lokasi saluran penghubung atau PHB yang hingga kini sulit dinormalisasi karena perubahan peruntukan bantaran sungai.
"Seperti yang terjadi di Selatan, longsor dan jebol tanggul itu karena masyarakat sendiri yang membangun bangunan di atas kali. Bagaimana air bisa jalan? Lha,
wong, jalan kali ditutup, dibikin gedung, musala, rumah, MCK, kontrakan, warung," ujar Teguh.
 Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Teguh Hendrawan mengatakan, pengerukan dilakukan di kawasan hulu. (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga) |
Lokasi yang belum dinormalisasi tersebut antara lain saluran PHB Jagakarsa, Kali Pulo, dan Ulujami.
Pemprov DKI belum akan menertibkan secara paksa bangunan-bangunan di wilayah itu karena masih melakukan sosialisasi dengan warga di sana agar segera berpindah.
"Arahan Pak Gubernur kemarin kepada wali kota, camat, dan lurah, diminta secara persuasif mengadakan pendekatan terhadap warga terutama bangunan liar yang memang di atas bantaran sungai. Ini sedang dalam proses," kata Teguh.
Untuk pencegahan banjir dalam skala makro, kata Teguh, pengerjaan program strategis nasional seperti pembangunan NCICD (National Capital Integrated Coastal Development) atau proyek tanggul laut raksasa, serta normalisasi Sungai Sunter dan Sungai Ciliwung yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) tetap dilakukan.
"Yang jelas kita tidak hanya menjelang musim penghujan di bulan Oktober, November, Desember karena program normalisasi, refungsi, dan revitalisasi skala makro maupun mikro itu terus berlanjut," ujarnya.
(pmg/wis)