Reuni 212 dan Beban Utang Politik Anies Baswedan

Mesha Mediani | CNN Indonesia
Senin, 04 Des 2017 09:14 WIB
Kehadiran Anies Baswedan di acara Reuni Akbar Alumni 212 dinilai sebagai beban utang politik yang harus dia tanggung setelah memimpin Jakarta.
Gubernur DKI Anies Baswedan saat menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Monumen Nasional, Jumat(1/12).(CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kehadiran Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di acara Reuni Akbar Alumni 212 dinilai sebagai beban utang politik yang harus dia tanggung selama memimpin ibu kota.

Pengamat politik Universitas Indonesia Reni Suwarso menilai kehadiran Anies pada reuni 212 sebagai bentuk ungkapan rasa terima kasih. Terlebih, kata Reni, Anies selama kampanye mengambil suara dari pengaruh kelompok militan yang berhasil membalik pola kampanye, dari yang tadinya adu program menjadi adu isu SARA.

"Ketika mereka mengadakan acara seperti itu, mau tidak mau, Anies bayar utang politik," kata Direktur Pusat Studi Pemilu dan Partai Politik FISIP-UI (Center for Election and Political Party FISIP-UI) tersebut kepada CNNIndonesia.com, Minggu (3/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reni berpendapat, masalah baru akan merundung Anies apabila ia absen di acara yang menggaungkan semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bersyariah itu.

"Kalau mereka (Anies-Sandi) tidak ikutan, tidak ikut hadir, tidak ikut berpartisipasi, nanti dukungan terhadap mereka back off, pada mundur," kata Reni.


Keseriusan Anies mengusung kampanye persatuan bangsa kini diragukan. Sebab dalam pidatonya di Reuni 212, Anies mengkotak-kotakan antara massa 212 dengan 'massa pesimis'.

"Itu namanya menjilat ludah sendiri karena ketika mau menang, (Anies) kan bilang mau merangkul seluruh kelompok. Semua warga negara di Jakarta yang beda kepentingan, ras, suku, agama, dia adalah gubenurnya. Tetapi, sekarang setelah benar-benar dilantik, kok jadi balik arah?" kata Reni.

Meski demikian, Reni menganggap mungkin saja Anies tersandera secara politik, sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, ia harus menghadiri dan memafaslitasi massa aksi semacam itu.

"Tersandera secara politik, mungkin saja. Kalau tidak suudzon, dalam hati kecilnya itu, mungkin dia terbuka dan pluralis, tetapi karena dia menang (dengan cara) seperti itu, dia jadi tersandera oleh sistem," kata wanita yang meraih gelar PhD bidang Ilmu Politik dari Victoria University, Australia itu.
Reuni 212 dan Beban Utang Politik Anies BaswedanMassa alumni melakukan Shalat Subuh berjamaah Alumni 212 di Monumen Nasional (2/12). (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)


Adapun maksud 'tersandera', Reni berujar, Anies mungkin sudah terjebak dalam situasi politik semacam ini. "Kecuali ada kekuatan besar atau dia punya kemauan besar untuk keluar dari jebakan di sini."

Senada, pengamat politik Universitas Padjajaran Idil Akbar juga menilai bahwa kehadiran Anies di reuni 212 bisa dibilang sebagai tanda terima kasih atas peran massa pada aksi tahun lalu. Menurut Idil, ada dua sisi yang bisa dilihat dari kehadiran Anies pada reuni 212.

Pertama, Anies sebagai tuan rumah Jakarta, kota diselenggarakannya perhelatan akbar yang diklaim mempersatukan umat muslim dari berbagai daerah itu.

"Oleh karena itu, mereka (Anies-Sandi) perlu memberi penghormatan kepada tamu-tamu yang datang ke rumahnya dengan cara hadir di lokasi," kata Idil.

Kedua, berkaitan dengan politik.

"Karena kita tahu bahwa salah satu hal yang mempengaruhi kemenangan Anies adalah mereka, umat Islam tadi yang kemudian concern terhadap Jakarta yang tidak ingin dipimpin oleh Ahok dan juga dipicu oleh pernyataan-pernyataan Ahok yang memicu umat Islam untuk kemudian memilih Anies," kata Idil.


Di sela rangkaian acara Reuni 212, Anies berpidato selama kurang lebih 18 menit usai jemaah menunaikan ibadah salat Subuh.

Dalam pidatonya, Anies menyebut massa reuni 212 telah mengecewakan kaum pesimis. Menurutnya, kaum pesimis adalah mereka yang berpikir negatif, bahwa berkumpulnya massa akan menimbulkan kericuhan, kekerasan, dan ketidakdamaian.

Anies lantas mengakhiri pidatonya dengan memberikan salam kepada semua warga di luar Jakarta.

"Salam dari warga ibu kota kepada warga di tempat saudara-saudara berasal, sampaikan kepada semua, (bahwa) pergerakan perubahan sedang berjalan di kota ini," kata Anies yang kembali disambut oleh takbir dari hadirin.

Anies pun memastikan bahwa kota yang ia pimpin sejak delapan minggu lalu itu, ramah untuk semua kalangan.

"Kembalilah nanti ke kampung dengan membawa pesan, kita akan terus mengawal dan memastikan bahwa Jakarta menjadi kota milik semua, bukan sebagian," kata Anies.
[Gambas:Video CNN] (gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER