ANALISIS

Dilema Jokowi Sikapi Gus Ipul dan Khofifah di Pilgub Jatim

Priska Sari Pratiwi | CNN Indonesia
Rabu, 06 Des 2017 19:23 WIB
Hubungan Jokowi dan Khofifah sudah terbangun lama. Namun, di ajang Pilgub Jatim, PDIP yang mendukung Jokowi justru mengusung pasangan Gus Ipul-Azwar Anas.
(Detikcom / Rois Jajeli / CNN Indonesia / Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Langkah Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa maju bersama Bupati Trenggalek Emil Dardak dalam pemilihan gubernur Jawa Timur 2018 disebut memberi keuntungan tersendiri bagi Presiden Joko Widodo.

Posisi Khofifah sebagai orang dekat presiden dinilai akan menguatkan dukungan kepada Jokowi jika maju dalam pemilihan presiden 2019.

Jokowi juga akan mendapat keuntungan dari pesaing Khofifah-Emil yakni Saifullah Yusuf (Gus Ipul) dan Abdullah Azwar Anas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno ada kecenderungan sikap Jokowi yang terbelah kepada dua bakal pasangan calon tersebut. Namun sebagai kepala negara, ia meyakini Jokowi akan tetap bersikap profesional dengan tidak menyatakan dukungan kepada siapa pun.

Jokowi di Antara Dua Pilihan Pilgub JatimJoko Widodo. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

“Mungkin hati dan pikiran Pak Jokowi ini terbelah. Dalam arti harus diakui dukung Gus Ipul, tapi di saat bersamaan kedekatan Jokowi dan Khofifah tidak bisa dipungkiri,” ujar Adi saat dihubungi CNNIndonesia.com.

Jika dibandingkan, Adi menilai Jokowi lebih dekat dengan dengan Khofifah ketimbang Gus Ipul.

Penilaian itu karena hubungan Jokowi dan Khofifah sudah terbangun sejak lama. Apalagi, menurut Adi, prestasi Khofifah dinilai baik selama mendampingi Jokowi sebagai menteri.

Sementara pengamat politik LIPI Siti Zuhro tak mempersoalkan sosok yang lebih dekat dengan Presiden. Sebab, menurut dia, baik Gus Ipul maupun Khofifah sama pentingnya bagi Jokowi.

Keduanya punya nilai strategis, yakni bisa menjadi ‘tiket’ Jokowi untuk maju dalam Pilpres 2019.

“Asumsinya kalau bisa memenangkan pilkada di daerah besar, untuk pilpres nanti lebih mudah. Apalagi kalau sampai kepala daerahnya bisa jadi tim sukses,” ujar Siti.

Persaingan Klasik

Pilkada Jatim tahun depan adalah ajang kontestasi ketiga yang diikuti Khofifah dan Gus Ipul. Dalam dua pilkada sebelumnya Khofifah kalah dalam persaingan dengan pasangan Soekarwo-Gus Ipul.

Atas dasar itu, Adi menilai persaingan akan tetap ketat antara Gus Ipul dan Khofifah. Apalagi selisih suara yang diperoleh keduanya saat bertarung dalam Pilgub 2013 lalu cukup tipis, yakni sekitar dua juta pemilih.

Persaingan akan bertambah sengit karena baik Khofifah maupun Gus Ipul sama-sama didukung oleh partai pendukung Jokowi.

Khofifah sendiri telah resmi mendapat dukungan dari Demokrat, NasDem, dan Golkar. Sementara Gus Ipul didukung oleh PDIP dan PKB.

Siti berpendapat, koalisi PDIP dan PKB di Pilgub Jatim sulit ditandingi oleh koalisi Demokrat, NasDem, dan Golkar. Namun hal itu tak menutup kemungkinan bagi Khofifah untuk meraih kemenangan.

Menurut Siti, pemilih di ajang Pilkada lebih melihat sosok ketimbang partai.

"Keduanya (Khofifah dan Gus Ipul) sama-sama sosok yang kuat," kata Siti

Senada, Adi menilai sekalipun Gus Ipul berstatus incumbent namun popularitas Khofifah tak serta merta ada di bawah.

“Khofifah popularitasnya sepadan. Sekarang tinggal keterpilihannya seperti apa,” ujar Adi.

Menyoalnya terpecahnya partai pendukung Jokowi di Pilgub Jatim, Adi menilai hal itu wajar terjadi dalam konstelasi politik di daerah. (kid/wis)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER