Jakarta, CNN Indonesia -- Presidium Alumni 212 berencana menggelar aksi demonstrasi ke kantor Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Mereka sedang menyiapkan waktu unjuk rasa untuk merespons pernyataan sepihak Presiden AS Donald Trump yang menyebut Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
"Insya Allah aksi ke Kedubes USA. Kami lagi cari waktu yang pas," kata Ketua Presidium Alumni 212 Slamet Maarif kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (8/12).
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam (FUI) Muhammad Al-Khaththath menyatakan, umat Islam harus berani mengambil tindakan tegas untuk menyikapi keputusan Amerika Serikat yang telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Al-Khaththath tak banyak berkomentar terkait aksi konkret untuk Palestina yang akan dilakukan pihaknya. Dia menyerahkan aksi demonstrasi dengan penggalangan massa dalam jumlah yang besar kepada Presidium Alumni 212.
"Itu bisa tanyakan ke Slamet Maarif (Ketua Presidium Alumni 212)," kata Al-Khaththath saat dihubungi kemarin.
Selama ini Al-Khaththath juga kerap mengikuti aksi yang digelar oleh Presidium Alumni 212, termasuk aksi berjilid mendesak Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipenjarakan. Pada 2 Desember lalu, dia ikut hadir meramaikan acara reuni 212 di kawasan Monas, Jakarta.
Al-Khaththath menilai, keputusan Trump memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem merupakan sebuah perampasan terhadap hak umat Islam.
Dia berpendapat, Pemerintah AS seharusnya tidak membuat keputusan tersebut. Menurutnya, Yerusalem atau yang juga disebut Quds, merupakan hak umat Islam.
"Ini satu bentuk perampasan terhadap umat Islam. Dalam Alquran jelas ditulis Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa adalah hak umat Islam," tuturnya.
 Sekjen FUI Al-Khaththath menyatakan, umat Islam harus berani mengambil tindakan menyikapi klaim sepihak AS atas Yerusalem. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Al-Khaththath menjelaskan, berdasarkan sejarahnya, Islam telah membebaskan Yerusalem dari jajahan bangsa Romawi. Namun kini kota itu justru diduduki bangsa Yahudi.
"Sekarang dikuasai Yahudi. Oleh karena itu, umat Islam harus membebaskan Al-Quds," ujarnya.
Trump secara resmi telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dia menyebut pernyataannya untuk mewujudkan janji kampanye yang selama ini tak pernah diwujudkan presiden-presiden sebelumnya.
"Saya sudah memutuskan bahwa ini waktunya untuk mengakui secara resmi Yerusalem sebagai ibu kota Israel," ujar Trump dalam pidatonya di Gedung Putih, Washington DC, Amerika Serikat, Rabu (6/12).
(pmg/gil)