Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Jakarta AM Fatwa dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, pada pukul 15.28 WIB melalui upacara militer kenegaraan.
Sebelumnya jenazah AM Fatwa disemayamkan di rumah duka di Kompleks Bappenas, Pejaten, Jakarta Selatan. Ratusan orang menyalatkannya dalam beberapa gelombang.
Ada nama-nama besar yang juga ikut menyalati, seperti Susilo Bambang Yudhoyono, BJ Habibie, Agus Harymurti Yudhoyono, Lukman Hakim Syaifuddin, Zulkifli Hasan, dan Hatta Rajasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada pukul 15.00 WIB, jenazah dibawa ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan dengan iring-iringan pengawalan.
Setengah jam kemudian jenazah sampai di pemakaman. Lalu jenazah dibopong anggota TNI menuju lokasi pemakaman.
Di lokasi pemakaman, jenazah almarhum Fatwa diantarkan ke peristirahatan terakhir lewat upacara militer kenegaraan.
Upacara dipimpin Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang selaku inspektur upacara. Sejumlah pejabat juga terlihat hadir seperti Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Hatta Rajasa, dan Ketua MPR Zulkifli Hasan.
Anggota TNI melepaskan tembakan salvo sebagai tanda penghormatan saat jenazah akan dikuburkan.
"Kita telah kehilangan putra terbaik bangsa, senator, dan negarawan terhormat," ucap Oesman.
Ia menyampaikan betapa Fatwa sangat layak menjadi tokoh panutan bangsa Indonesia. Ia mewakili negara berterima kasih atas jasa-jasa Fatwa semasa hidup.
"Selamat jalan bapak AM Fatwa. Selamat jalan semator. Selamat jalan pejuang demokrasi!" Oesman melepaskan jenazah Fatwa.
 Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin melayat jenazah AM Fatwa. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Lalu ia pun menaburi bunga sebagai tanda terima kasih negara. Lalu perwakilan pihak keluarga pun menaburi bunga.
AM Fatwa meninggal pada Kamis (14/12), pukul 6.17 WIB. Ia diketahui menderita liver stadium 4. Fatwa sudah dirawat di Rumah Sakit MMC Jakarta selama dua minggu setelah pulang dari kunjungan dinas DPD ke Filipina.
Oso, sapaan Oesman mengungkapkan bahwa AM Fatwa pernah memintanya untuk merawat anak Fatwa.
Permintaan itu disampaikan sebelum Fatwa mengembuskan nafas terakhirnya di RS MMC, Kuningan, Jakarta.
"Dia bilang titip anak-anaknya dan saya bilang 'pasti Pak'," ujar Oso.
Oso pun tidak mengira pertemuan dengan Fatwa merupakan pertemuan terakhirnya. Pasalnya, selain terlihat sehat, Fatwa kala itu juga sempat meminta izin untuk tidak bertugas sebagai anggota DPD agar lebih leluasa berobat.
Ketua Hanura itu mengaku merasa kehilangan Fatwa. Ia menilai, mantan Ketua MPR/DPR itu sebagai sosok konsisten memperjuangkan hak daerah-daerah tertinggal.
"Pak Fatwa betul-betul mencintai dan berjuang untuk daerah. Dan dia tulus, tidak punya apa-apa tapi seorang yang tangguh," ujar Oso.
Pelaksana Tugas Ketua DPR Fadli Zon mengenang mendiang Fatwa sebagai sosok yang berani mengambil resiko.
"Saya melihat beliau sosok yang sedikit dari orang Indonesia, berani ambil resiko, berani untuk memilih jalan sesuai pendiriannya," kata Fadli di Gedung DPR.
Fadli menyebut Fatwa menunjukkan keberaniannya saat rezim Orde Baru. Dan karena keberanian itu, Fatwa akhirnya ditangkap dan ditahan oleh pemerintah.
Meski ditangkap dan dipenjara berkali-kali di masa Orde Baru, lanjut Fahri, tidak ada dendam yang dirasakan oleh Fatwa.
"Saya kira itu pelajaran berharga, orang tidak boleh dendam," ujar Fadli.
"Saya kira hubungannya dengan pak Harto juga baik, dengan Sudomo orang yang menangkapnya juga baik," imbuhnya.
(wis/gil)