Pemprov DKI akan Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Mesha Mediani | CNN Indonesia
Kamis, 14 Des 2017 18:47 WIB
Pemprov DKI berencana menerapkan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah menggunakan energi thermal di Sunter, Jakarta Utara.
Pemprov DKI berencana menerapkan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah menggunakan energi thermal di Sunter, Jakarta Utara. (CNN Indonesia/Mesha Mediani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membangun pembangkit listrik tenaga sampah di Sunter, Jakarta Utara.

Pemprov nantinya akan bekerja sama dengan PT Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Fortum Power and Heat Oy, sebuah perusahaan listrik milik pemerintah Finlandia.

"Sampah yang selama ini merepotkan kita, menjadi solusi energi dengan membangun pembangkit listrik tenaga sampah," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno di Balai Kota, Kamis (14/12).
Kapasitas sampah yang diolah oleh Dinas Lingkungan Hidup DKI nantinya bisa mencapai 2.000 sampai 2.200 ton per hari, atau 30 persen dari total sampah yang dihasilkan DKI, yakni sekitar 7.000 ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami mendorong agar ini bisa diakselerasi dan ditindaklanjuti sehingga bisa mengatasi masalah sampah menjadi sumbangsih energi terbarukan, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan ekonomi di Sunter dan wilayah Jakarta Utara," kata Sandi.

Direktur Utama PT Jakpro Satya Heragandhi mengatakan, sampah-sampah yang diolah akan mampu menghasilkan 35 megawatt listrik untuk memenuhi kebutuhan warga ibu kota, khususnya Jakarta Utara.

Teknologi yang dipakai adalah teknologi energi thermal. Sampah, nantinya akan dibakar pada suhu 1.200 sampai 1.600 derajat.

Satya menambahkan, kerja sama dengan Fortum diperkirakan berjalan selama 25 sampai 30 tahun dalam pembangunan alat dan pelaksanaan pengolahan sampah. Skema kerja sama berbentuk BOT yakni build, operate, and transfer.

"Kami diberi target bahwa dalam jangka waktu dua tahun ini bisa beroperasi dan terbangun dengan baik. Investasi yang dilakukan kurang lebih USD 250 juta," kata Satya.

Proyek ini, kata Satya, diharapkan mampu membuka lapangan kerja berkualitas karena banyak dibutuhkan tenaga untuk mengoperasikan teknologi pengelola limbah dengan standar tinggi ala Eropa.
(ugo/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER