Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto menyebut partainya telah menempuh perjalanan panjang selama ini. Menjadi partai berkuasa sekarang, PDIP juga pernah ditekan oleh kekuasaan pada masa orde baru, namun tidak pernah mengeluh.
“Kantor ini jadi saksi bagaimana 27 Juli 1996, kita diserang oleh kekuasaan otoriter. Di Surabaya, Desember 1993 dalam kongres PDIP saat itu di Sukolilo, diintervensi kekuasaan, menghambat ketua umum yang dapat legitimasi arus bawah untuk jadi ketua umum,” kata Hasto di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis (4/1).
Hasto melanjutkan, berbagai intimidasi dan upaya pecah belah juga pernah dilakukan pada PDIP. Bahkan, kata Hasto, partai berlambang banteng ini pernah dilarang ikut politik pada tahun 1997. Berbagai hal pahit getir menurutnya sudah dilakukan PDIP.
“Namun Ketua Umum mengajari kita bahwa politik adalah keyakinan,” kata Hasto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menegaskan, PDIP tidak pernah mengeluh dalam menghadapi berbagai tekanan selama ini. “Kita tidak pernah membuat puisi hanya untuk dibelaskasihani, kita tidak pernah membuat politik melodramatik seolah ada intervensi dari kekuasan” kata Hasto.
Hasto melanjutkan, ketika PDIP menempuh jalan kebenaran dan ditekan kekuasaan, maka yang dilakukan oleh Megawati sebagai Ketua Umum adalah menyatu dengan kekuatan rakyat.
“Berbeda dengan yang di sana, yang sedikit-sedikit mengeluh,” kata Hasto.
Hasto tak menjelaskan lebih lanjut kubu mana yang disebutnya sebagai “yang disana”.
Hari ini PDIP mengumumkan empat pasang calon gubernur/wakil gubernur untuk Pilkada serentak 2018 yakni Lampung, Papua, NTB, dan Maluku Utara. Ketua Umum Megawati Soekarnoputri mengumumkan langsung cagub/cawagub yang akan diusung.
(sur)