Mantan Napi Bom Bali: Pelatihan Teroris Masih Ada

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Minggu, 25 Feb 2018 08:46 WIB
Mantan narapidana kasus teroris Ali Fauzi memprediksi aksi teror di Indonesia masih bisa terjadi karena pelatihan dan rekrutmen teroris masih berlangsung.
Mantan teroris Ali Fauzi yang terlibat dalam bom Bali I. Ia merupakan instruktur perakit bom Bali. Ali menyebut pelatihan teroris di Indonesia masih ada. (CNN Indonesia/M Andika Putra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan narapidana kasus bom Bali I Ali Fauzi mengatakan pelatihan teroris masih berlangsung di Indonesia sehingga aksi teror masih bisa terjadi di masa mendatang.

"Sekarang ini masih ada rekrutmen, reproduksi dan pelatihan. Saya enggak bisa menjamin tidak ada ledakan bom di Indonesia karena itu semua masih berjalan," kata Fauzi dalam sebuah diskusi di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (24/2).

Fauzi mengaku masih mengikuti perkembangan teroris meski mengaku sudah meninggalkan dunia teroris. Ia sering berbagi informasi pergerakan teroris dalam beberapa diskusi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia tahu tindak-tanduk teroris saat ini karena pernah ikut pelatihan teroris pada tahun 1990. Ia mendapat pelatihan di Mindanau, Filipina, kemudian terlibat dalam konflik di Ambon dan Poso.
Kemudian pada bom Bali I ia berperan sebagai instruktur perakit bom. Bom dirakit di rumahnya oleh tiga kakaknya, yaitu Ali Ghufron, Ali Imron dan Amrozi. Kini Ghufron dan Amrozi sudah dieksekusi mati, sementara Imron mendekam di balik jeruji.

"Kadang polisi enggak percaya kalau teroris Indonesia bisa merakit bom. Padahal teroris Indonesia mendapat pelatihan untuk rakit bom dari skala kecil sampai besar," kata Fauzi.

Fauzi mengingat ia ditangkap polisi pada tahun 2006. Kemudian ia bertobat karena empat faktor, yaitu pembinaan polisi, peran keluarga, kuliah dan kisah pilu korban bom.

Dari pengalaman yang didapat, ia tahu bagaimana teroris Indonesia beraksi. Ia yakin teroris yang berada di Indonesia dipengaruhi pihak luar.

"Pada tahun 2000 sampai 2010 itu pengaruh dari Al Qaeda, maka terbentuk Jamaah Islamiyah (JI), saya gabung di situ. Kemudian tahun 2010 sampai 2017 dipengaruhi ISIS, maka terbentuk Jamaah Ansharut Daulah (JAD)," kata Fauzi.

Pada kesempatan yang sama, Guru Besar UIN Jakarta Azyumardi Azra menyampaikan hal serupa. Ia yakin teroris yang selalu dikaitkan dengan agama Islam, bukan berasal dari Islam di Indonesia.

"Agama Islam yang berkembang di Indonesia itu Islam yang toleran dan tidak suka kekerasan. Islam yang suka kekerasan dan teroris itu berasal dari luar. Seperti Fauzi ini yang dipengaruhi Al Qaeda," kata Azyumardi.
(ugo)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER