Surabaya, CNN Indonesia -- Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyebut pengemis, orang gila, gelandangan, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya sengaja dibuang ke Surabaya. Namun, Risma tak menyebut siapa pihak yang sengaja membuang penyandang PMKS itu ke kota pahlawan itu.
"Tolong jangan dibuang ke Surabaya, saya tahu ada yang
by design dibuang ke Surabaya. Jadi tolonglah dirawat, mereka bisa minum obat rutin, binatang saja kita rawat, apalagi saudara-saudara kita, saya mohon sekali lagi tolong yang by desain itu jangan lah, itu dosa kalau kita membuang manusia," kata Risma di Surabaya, Selasa (27/2).
Pemerintah Kota Surabaya berupaya untuk melakukan pendekan lain untuk mengatasi penyandang PMKS. Pengidap gangguan jiwa misalnya, mereka akan dirawat dan diobati di lingkungan pondok sosial milik Pemkot Surabaya. Apabila sudah dinyatakan sembuh oleh tim dokter, langsung dipulangkan ke daerahnya masing-masing.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari ini, Risma mengatakan puluhan penyandang masalah sosial dipulangkan ke daerah masing-masing.
"Hari ini yang dipulangkan 90 orang," kata Risma.
Sebanyak 90 orang itu terdiri dari 22 orang gelandangan dan pengemis, sedangkan sisanya 68 orang penderita gangguan jiwa.
Para penderita gangguan jiwa menjadi sorotan masyarakat setelah marak pembunuhan dan penganiayaan pemuka agama dengan pelaku para penderita gangguan jiwa. Di Jawa Timur, beberapa waktu lalu, pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Karangasem, Paciran, Lamongan KH Hakam Mubarok dianiaya oleh seseorang penderita gangguan jiwa.
Para penderita gangguan jiwa di Surabaya, menurut Risma, berasal dari berbagai daerah, diantaranya dari Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten, Lampung, Bali satu orang psikotik dan Sumatera Selatan.
Risma juga meminta kepada Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Surabaya untuk memberitahukan kepada keluarga agar mengurus BPJS. Sebab, Pemkot Surabaya akan mengirimkan surat kepada Menteri Sosial dan Menteri Kesehatan untuk mereka dibuatkan BPJS.
"Tolong diurus saja supaya mereka bisa terus minum obat," kata Risma.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya itu juga memastikan pihaknya akan terus berusaha merawat dan mengobati serta menggalakkan pemulangan para PMKS ke daerah asalnya masing-masing.
Sebab, saat ini kapasitas daya tampung Liponsos sudah tidak memadai. Bahkan, saat ini di Liponsos masih tersisa sekitar 1.485 orang, sehingga akan terus dilakukan pemulangan.
Sementara itu, salah satu psikiater di Liponsos Keputih Agung BS menjelaskan bahwa para penyandang PMKS yang dipulangkan itu adalah orang yang sudah melewati fase-fase akutnya. Meskipun pada hakekatnya mereka belum sembuh sempurna.
"Mereka yang dipulangkan itu remisi tidak sempurna namanya," kata Agung.
Agung menambahkan, mereka itu sudah mendapatkan perawatan dan terapi, sehingga yang awalnya tidak menyadari bahwa dirinya sakit, kini mereka sudah sadar bahwa dia sakit. Bahkan, dia sudah tahu siapa dirinya, berada di mana dan sudah mulai kangen rumah, serta sudah tahu alamat rumahnya.
"Jadi, mereka sudah ingat semua tentang dirinya," ucapnya.
Setelah para PMKS itu ingat alamat rumahnya, kemudian Pemkot Surabaya mengkonfirmasi ke alamat rumahnya itu. Dan ternyata cocok, sehingga mulai dilakukan proses pemulangan.
"Ke depan, kami akan terus memulangkan para PMKS itu setelah dinyatakan sembuh atau melewati masa akutnnya," ujarnya.
(ugo/dik)