Jakarta, CNN Indonesia -- Survei Alvara Research Center menemukan ada sebagian milenial atau generasi kelahiran akhir 1980-an dan awal 1990-an, setuju pada konsep khilafah sebagai bentuk negara. Survei dilakukan terhadap 4.200 milenial yang terdiri dari 1.800 mahasiswa dan 2.400 pelajar SMA di Indonesia.
Mayoritas milenial memang memilih Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara. Namun ada 17,8 persen mahasiswa dan 18,4 persen pelajar yang setuju khilafah sebagai bentuk negara ideal sebuah negara.
Alvara juga melakukan survei terhadap kalangan profesional yang melibatkan 1.200 responden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Survei dari kalangan milenial dan profesional ditujukan untuk mengetahui potensi konservatisme dan radikalisme di dua kelompok tersebut.
Hasilnya, Hasanuddin menyebut millenial yang umumnya masih duduk di bangku SMA atau kuliah, lebih berpikiran konservatif dibanding generasi yang sudah bergelut sebagai profesional atau pekerja.
"Kunci utama radikalisme bukan orang kantoran, tapi kalangan mahasiswa dan pelajar," kata CEO Alvara, Hasanuddin Ali di Wahid Foundation, Jakarta, Rabu (7/3).
Kata Hasanuddin, konservatisme milenial tak hanya terlihat dari jawaban atas bentuk negara ideal, melainkan juga tercermin dari jawaban saat disodorkan pertanyaan terkait pertentangan Pancasila dan ideologi lain.
Baik di kalangan profesional ataupun millenial, mayoritas setuju kalau Pancasila sebagai ideologi terbaik bagi Negara Indonesia.
Namun di kalangan mahasiswa dan pelajar, jumlah yang menganggap ideologi Islam sebagai ideologi terbaik Indonesia lebih tinggi dari kalangan profesional.
"Di kalangan profesional, yang setuju ideologi Islam sebagai ideologi Indonesia 15,5 persen, tapi di mahasiswa 16,8 persen dan pelajar 18,6 persen," ujar Hasanuddin.
Menurut Hasanuddin paparan konservatisme dan radikalisme di kalangan milenial tak lepas dari konsumsi internet yang sangat tinggi dari kelompok usia yang lahir pada era 1990-an awal ini.
Dia menyebut bibit konservatif itu akan berbahaya jika millenial tidak dikawal dalam bermedia sosial yang banyak mengandung konten radikalisme.
Menurut data Alvara, sebanyak 83,4 persen dari penduduk berusia 17-25 tahun di Indonesia mengakses internet. Sebanyak 23 persen di antaranya tergolong pecandu internet karena mengakses internet lebih dari tujuh jam sehari.
"Dengan millenial yang seperti itu (konservatif) dan penggunaan internet begitu tinggi, ke depan Indonesia agak suram kalau kita tidak melakukan perlawanan (terhadap konten radikalisme) di media sosial," katanya.
Survei Alvara Research Center diselenggarakan pada September-Oktober 2017. Ada dua riset berbeda, yaitu riset terhadap kalangan profesional serta riset di kalangan millenial.
Survei dilakukan dengan wawancara tatap muka dan metode pengambilan sampel
cluster random sampling. Tingkat kesalahan yang digunakan pada kalangan profesional 2,8 persen, pada mahasiswa 2,35 persen, dan pelajar SMA 2 persen.
(wis/sur)