Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dibentuk untuk merangkul anak-anak muda dan orang-orang minim pengalaman politik menjadi kader. PSI meyakini mesin politik akan bergerak lebih lancar jika anak-anak muda yang menjadi roda utama.
Tak tanggung-tanggung, PSI di Pemilu 2019 bertekad meraih 20 persen kepemilikan kursi di parlemen agar memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden atau
Presidential Threshold yang bisa mereka gunakan pada 2024.
Target itu terbilang muluk bagi sebuah partai debutan. Terlebih jika tak disertai tokoh politik yang punya pengalaman dan jaringan mumpuni.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, PSI tetap percaya diri meraih simpati masyarakat dengan politik gaya baru yang bersifat partisipatif dan digerakkan oleh anak-anak muda.
Berikut wawancara
CNNIndonesia.com dengan Ketua Umum PSI, Grace Natalie di kantor DPP PSI, Jakarta.
PSI mirip dengan singkatan Partai Sosialis Indonesia. Apakah reinkarnasi dengan nama berbeda?Berbeda generasi banget. Jadi memang tidak ada kaitannya dan buat kami tidak usah diseriusin juga.
Namanya hoaks ya haters akan selalu membenci apa pun yang kita lakukan.
Tidak khawatir dikaitkan dengan paham sosialis selama Pemilu?Pertama, sosialis itu beda dengan komunisme. Cuma, itu dia. Orang yang tidak paham, tidak membaca cuma tahunya hoax hoax aja dan mudah percaya kemudian termakan. Jadi sampai di situ sebenarnya clear, itu tidak sama dan tidak bisa disetarakan.
Mengapa solidaritas?Solidaritas itu penting karena solidaritas itu menjadi modal awal Kami. Para pendiri ini beda-beda semua baik dari segi suku agama ras.
Kalau bukan karena kita solidaritas sama sesama kami nggak mungkin kita bisa bersatu dan membangun PSI sama-sama. Jadi solidaritas itu yang menyatukan kami di awal.
Apa yang membedakan PSI dengan partai politik lainnya?Kami terapkan politik partisipatif dimana kebutuhan operasional mulai dari kantor, perekrutan, rapat, adalah hasil patungan. Kantor-kantor adalah rumah pengurus yang dikontribusikan gratis.
Politik partisipatif ini yang terpenting. Kita ingin lepas dari lingkaran setan politik mahal. Jadi politik partisipatif dibutuhkan di situ agar biaya-biaya bisa dicut, ditekan sekecil mungkin.
Kemudian kita mengukur orang berdasarkan kinerjanya.
Kita menerapkan prinsip meritokrasi. Jadi di sini enggak laku kedekatan-kedekatan atau hubungan saudara, peranakan perorangtuaan karena semua orang diukur berdasarkan kinerjanya.
 PSI menggaet Giring Nidji. (CNN Indonesia/Mesha Mediani) |
Kenapa PSI memilih anak muda?Kalau kita bicara politik anak-anak muda masih punya idealisme yang sangat besar.
Ketika kami merekrut anak-anak yang lebih muda bahkan belum punya pengalaman, kok kerjaan mereka malah lebih cepat, dan tidak berorientasi pada uang, lebih problem solving, suka diberi challenge. Memang enggak mudah sama sekali. Ada beberapa kali kita down-nya.
Lembaran baru lebih gampang diisi dengan tulisan baru, ketimbang satu buku yang berisi penuh coretan lalu kita harus hapus. Itu susah.
Dari pengalaman itu kita tidak mendiskreditkan mereka yang senior, mereka punya pengalaman dan jam terbang yang lebih tinggi tentunya.
tapi kemudian ketika kita mau mengegolkan atau menawarkan konsep baru agak susah diterima, mungkin karena mereka sudah punya standar sendiri. Jadi karena itu kami memutuskan memulai hal-hal baru dengan orang-orang yang baru.
PSI identik dengan sosok Grace natalie, merugikan atau sebaliknya?Mau enggak mau, kan ketuanya hahaha. Mungkin karena awal ya, kemudian saat ini saya yang paling punya kesmepatan terkespos sama media karena posisi saya sebagai ketua umum.
Jadi
next step kami,
campaign kami juga, kan sekarang mulai tuh keluar ada Tsamara, Isyana, dll. Next kami akan buat cara sama-sama agar teman-teman yang bagus di daerah punya kesempatan sama untuk tampil.
 PSI saat mendaftar ke KPU. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Apa target PSI di Pemilu 2019?Jadi kalau sesuai undang-undang Pemilu kami pasang target 20 persen agar bisa mengantarkan seorang calon presiden PSI di pemilu selanjutnya. Saya optimis karena survei terbaru menempatkan parpol dan DPR di titik nadir dari kepercayaan masyarakat.
Bagaimana bisa jika elektabilitas PSI masih rendah?Karena popularitasnya belum,
awareness. Memang ini tantangan kita ya
kami menawarkan kepada masyarakat cara berpolitik yang berbeda, mulai dari rekruitmen, seleksi yang terbuka dan profesional, seluruh prosesnya terbuka bisa dilihat di medsos, pendanaan oleh publik
Saya inginnya masyarakat itu kalau ingat PSI, wah PSI itu gudangnya anak muda yang berani, jujur, bersih, dan peduli sama Indonesia terjun dalam politik. Saya inginnya masyarakat tahunya PSI seperti itu, bukan Grace Natalie, karena kita di sini gamau mengkultuskan orang.
(lalu/gil)