Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua DPP PDIP Bambang Dwi Hartono menilai pidato Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto tentang Indonesia akan bubar di tahun 2030 merupakan satu kesimpulan yang dangkal.
Bambang beralasan tidak mungkin pemerintahan Presiden Joko Widodo yang belum sampai lima tahun sudah bisa mencaplok Indonesia sehingga ada ketimpangan penguasaan kekayaan dan tanah.
"Saya pikir ini kesimpulan yang terlalu dangkal. Itu terlalu dilebih-lebihkan menurut saya," kata Bambang saat ditemui di Jakarta, Rabu (21/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya saat ini Indonesia masih dalam posisi yang solid. Hal ini dibuktikan dengan masih kuatnya partai penguasa, yang tidak lain adalah PDIP, hingga saat ini.
Bambang menjelaskan PDIP masih dipercaya masyarakat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan perolehan elektabilitas yang tinggi di beberapa survei.
PDIP, klaimnya, memiliki elektabilitas berkisar dari 22 persen hingga 36 persen. Begitu pula elektabilitas Jokowi yang masih selalu tertinggi, lanjutnya.
Karena itu, lanjut dia, bukan saatnya mengganti rezim Pemerintahan. Saat ini pilihan paling tepat adalah melanjutkan kepemimpinan yang ada, imbuh Bambang.
"Ada hal positif yang harus kita teruskan, kita tuntaskan supaya tidak seperti poco-poco, maju dua langkah, mundur dua langkah," ujarnya berseloroh.
Sebelumnya dalam sebuah unggahan video di Facebook Partai Gerindra, Prabowo Subianto menyebut Indonesia bakal bubar pada 2030. Sebabnya, ada ketimpangan penguasaan kekayaan dan tanah.
"Saudara-saudara. Kita masih upacara. Kita masih menyanyikan lagu kebangsaan. Kita masih pakai lambang-lambang negara. Gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini, tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian dimana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030," kata Prabowo Subianto dalam sebuah acara Gerindra.
(osc)