Jakarta, CNN Indonesia -- Dosen Filsafat Universitas Indonesia
Rocky Gerung membuat kejutan karena pernyataannya menyebut kitab suci adalah fiksi. Reaksi masyarakat beragam dari yang memilih langsung melaporkannya ke polisi, hingga mengajaknya berdiskusi.
Lembaga Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi) ikut menanggapi polemik pernyataan Rocky itu. Perwakilan Walubi Rusli Tan memang menyayangkan hal itu terjadi. Namun menurut dia, tidak ada alasan buat umat Buddha membenci Rocky karena kekeliruan itu. Hanya saja menurut dia hal itu bisa juga dimaknai buat melecut diri supaya menjadi lebih baik.
"Kalau menurut saya sih setuju itu semua fiksi untuk membangkitkan semangat berbuat baik. Lihat juga ke dalam (diri) apa yang sudah apa yang sudah kamu perbuat untuk orang lain," kata Rusli kepada CNNIndonesia.com, Jumat (13/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Rusli, memaafkan Rocky lebih baik ketimbang memendam dendam dan amarah. Sebab hal itu sejalan dari ajaran Buddha.
"Sang Buddha sudah bilang sebaik, sejahat, sebagus apapun jangan kamu menilai orang dari pembicaraan. Kembali ke diri sendiri, kita sudah berpikiran dan berbuat yang baik belum?," ujar Rusli.
Rusli menyatakan perdebatan soal pernyataan Rocky sebaiknya diakhiri. Sebab ajaran Buddha menekankan supaya manusia berpikiran positif.
Rusli hanya berharap Rocky bisa melihat hal secara menyeluruh dari segala sisi. Sebab dia meyakini dalam ajaran Buddha seluruh perbuatan ada ganjarannya.
"Saya bisa mengerti tentang apa yang beliau katakan. Memang susah untuk berdebat tentang masalah ini. Mungkin yang beliau katakan itu benar," ujar Rusli.
(ayp/ayp)