Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman mengatakan pihaknya akan berkoalisi dengan Partai Gerindra jika salah satu dari sembilan nama yang sudah diusulkan dipilih menjadi pendamping Prabowo Subianto di Pemilihan Presiden 2019.
Kesembilan nama itu adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, kader PKS Anis Matta, dan Gubernur Sumaera Barat Irwan Prayitno.
Selain itu, Presiden PKS Muhammad Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, anggota DPR Tifatul Sembiring, anggota DPR Al Muzammil Yusuf MS, dan anggota DPR Mardani Ali Sera juga masuk dalam daftar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berkomunikasi, berkoalisi. Ya tawaran tertinggi, kami siap berkoalisi dengan Pak Prabowo asal cawapresnya diambil dari kami [PKS]," kata Sohibul di sela acara semarak Milad ke-20 PKS yang digelar di Balai Kota, Jakarta Pusat, Minggu (15/4).
Ketika disinggung bahwa elektabilitas dari sembilan nama yang diusulkan itu tidak cukup tinggi dan terbuka kemungkinan bahwa Prabowo lebih memilih pendamping bukan dari kader PKS, Sohibul enggan berkomentar lebih jauh.
Saat ini Sohibul hanya ingin berusaha meyakinkan Prabowo bahwa kesembilan nama yang diusulkan PKS mampu mendongkrak elektabilitasnya.
"Saya enggak mau berandai-andai, saya akan bekerja pada posisi amanat [dari majelis syuro] sekarang, yakni mengegolkan sembilan nama [yang diusulkan]," kata Sohibul.
Pilihan DilematisCalon pendamping Prabowo memang menjadi pilihan dilematis bagi Gerindra dan PKS. Pasalnya, kedua pihak saling bergantung memenuhi ambang batas sebagai syarat pencalonan presiden pada Pilpres 2019 mendatang.
Menurut Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, Prabowo bisa saja gagal jadi capres apabila tidak mengusung cawapres dari PKS. Namun memilih calon pendamping dari PKS pun terbilang nekat, karena sembilan nama yang diusulkan tidak memiliki elektabilitas yang tinggi.
Di sisi lain, ada beberapa nama di luar partai politik yang juga bisa menjadi cawapres Prabowo. Sebut saja eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo atau Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Pilihan mentok karena pencapresan Prabowo tergantung sekutu utamanya, itu PKS," kata Adi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (13/4).
PKS juga sudah terlanjur mendeklarasikan diri akan mengganti presiden di 2019 mendatang dengan memopulerkan tagar #2019GantiPresiden. Artinya, sudah tidak mungkin bagi PKS untuk mundur dan memecah koalisi untuk kemudian bergabung dengan kubunya Jokowi.
"Mereka [PKS] sudah mendeklarasikan diri sebagai partai politik yang ingin mengganti presiden di 2019, tidak mungkin mundur, kecuali memang mereka ingin menjilat ludah mereka sendiri," kata Adi.
(rsa)