Jakarta, CNN Indonesia -- Erupsi
Gunung Agung, Provinsi
Bali, yang terjadi pada Senin (30/4) malam, tidak berdampak pada jalur dan operasional penerbangan di Pulau Bali, Lombok dan sekitarnya.
Hal tersebut merujuk pada hasil pengamatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dan Astham VAWR 5298 yang dikeluarkan oleh AirNav Indonesia pada Selasa (1/5) pukul 11.15 WITA.
Dirjen Perhubungan Udara, Agus Santoso, mengatakan personil penerbangan terutama pilot dan ATC harus terus meningkatkan kewaspadaan serta tetap berkoordinasi dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta PVMBG untuk mendapatkan info lebih lanjut, agar bisa membuat perencanaan dan mengoperasikan penerbangan dengan tingkat keselamatan yang tinggi di area tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan pantauan langsung di lapangan maupun menggunakan radar Himawari-8 Volcanic Ash Advisory Centres (VAAC) Darwin, tidak ada sebaran abu vulkanik di jalur penerbangan (airways) di Bali, Lombok dan sekitarnya, ujar Agus Santoso, dalam rilis yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (1/5).
Ia mengatakan Vulcano Observation Notice for Aviation (VONA) Gunung Agung juga masih oranye. Sehingga, operasional penerbangan di Bali, Lombok, Ujung Pandang (Makassar) dan Banyuwangi masih berjalan dengan normal.
"Tidak ada pengalihan rute penerbangan," katanya.
Agus juga meminta masyarakat, khususnya calon penumpang pesawat, untuk memaklumi jika penerbangan tertunda akibat dampak erupsi Gunung Agung.
"Erupsi Gunung Api merupakan bencana alam yang tidak bisa kita prediksi. Namun untuk saat ini saya tegaskan lagi masih tidak mengganggu sehingga penerbangan dari dan ke Bali masih normal," tuturnya.
Seperti yang diberitakan, Gunung Agung mengalami erupsi pada 30 April 2018 pukul 22:45 WITA dengan tinggi kolom abu teramati 1.500 meter di atas puncak kawah. Arah sebaran abu ke barat laut dengan kecepatan rata-rata 5 knot.
(agr)