Jakarta, CNN Indonesia -- Koordinator Tim Pengacara Muslim Ahmad Michdan mengatakan napi teroris yang terlibat kerusuhan di Rutan Mako Brimob memegang telepon seluler (ponsel) dan salah seorang sempat menghubungi dirinya.
Pernyataan itu ia sampaikan saat jumpa media di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Kamis (9/5).
Ahmad menjelaskan salah satu napi teroris menghubunginya melalui ponsel pada Selasa (8/5) malam menginformasikan kepada mengenai keributan yang sedang terjadi antara para napi dan petugas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemudian terdengar suara letusan, (napiter berkata) 'saya ada korban pak'. Oleh karena itu saya menganggap itu sesuatu yang harus ditangani serius," kata Ahmad.
Bukan hanya menelepon dari dalam penjara, napi juga diketahui sempat melakukan siaran
live instagram. Dalam video telihat sejumlah napi teroris menjelaskan kondisi yang tengah terjadi di Rutan Mako Brimob.
Ketika awak media bertanya tentang kepemilikan ponsel, Ahmad berkelit. Ia mengatakan tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut.
"Saya enggak bisa jawab, yang jelas Itukan tempat kepolisian, itu bukan wewenang kami. Yang jelas kalau kita punya ponsel juga apa yang kita inginkan untuk kebutuhan kita kan? mau komunikasi ke siapa ke siapa," jelas Ahmad.
Ahmad melanjutkan, "Tapi secara realita bahwa ada ponsel di dalam, kita enggak membahas itu."
Tercatat terdapat 156 napi teroris yang terlibat dalam kerusuhan. Ahmad mengklaim 10 persen dari mereka adalah kliennya.
Kerusuhan yang dilakukan para napi teroris di dalam rutan Mako Brimob itu berlangsung sejak Selasa (8/5) malam WIB dan berakhir sekitar 36 jam kemudian, Kamis (10/5). Dalam aksi kerusuhan yang diwarnai penyanderaan petugas oleh napi tersebut lima anggota Polri dan seorang napi teroris tewas.
Setelah peristiwa itu mereda, sebanyak 145 napiter dipindahkan dari ke Lapas Nusakambangan hari ini, sementara 10 lagi tetap ditahan di Mako Brimob untuk kepentingan penyelidikan soal kerusuhan tersebut.
(mik/kid)