Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (
BNPT) mengatakan narapidana terorisme di rumah tahanan
Mako Brimob belum menerima program deradikalisasi karena fokus deradikalisasi masih berpusat di lembaga pemasyarakatan dan belum menjangkau rutan.
"Kalau di Mako Brimob ini belum ada program deradikalisasi. Karena nanti akan dipetakan dulu, baru disebar ke lapas-lapas. Nah, di situ baru kami (BNPT) masuk," ujar Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius ditemui di Istana Bogor, Kamis (10/5).
Sebagian tahanan di Mako Brimob tak berstatus terpidana dan masih ada yang tersangka serta terdakwa.
Suhardi mengatakan beberapa tahanan yang sudah divonis juga seharusnya nanti dipindahkan ke beberapa lapas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, BNPT tengah memetakan lapas-lapas yang bisa menampung pelaku terorisme yang sudah berpredikat terpidana.
Meski sebagian bukan berstatus terpidana, keputusan memindahkan tahanan terorisme Mako Brimob ke Lapas Nusa Kambangan dianggap tepat karena kondisi Rutan Mako Brimob sudah tidak layak lagi, mengingat tiga blok rutan sudah rusak akibat insiden yang bermula hari Selasa kemarin.
"Harus pindah karena rutan Mako Brimob sudah rusak sekaran dari serbuan. Dari tadi pagi rusak, tidak mungkin digunakan lagi. Ini harus pindah dan sekarang 145 sudah dalam perjalanan menuju Nusa Kambangan dan langsung mereka akan mendiami di sana," ujar Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto di lokasi yang sama.
Investigasi Rampung Dua HariDi sisi lain, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) masih menyelidiki penyebab insiden Mako Brimob. Wakapolri Komjen Syafrudin mengatakan informasi mengenai penyebab dan otak kerusuhan ini masih simpang siur dan investigasi akan rampung dalam dua hari ke depan.
"Ini masih investigasi, masih simpang siur tentang siapa yang melakukan. Ini masih dalam proses, kami harapkan selesai dua hingga tiga hari ke depan," ucap Syafrudin.
(vws)