Jakarta, CNN Indonesia -- Ledakan
bom di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, hari ini menelan 10 korban jiwa dan menyebabkan puluhan luka-luka. Dua lembaga mewakili kaum Nasrani, Persatuan Gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), menyatakan turut berduka atas kejadian dan meminta supaya hal itu tidak diseret ke ranah politik oleh para politikus.
"Kami menghimbau elit politik untuk tidak komentar yang memperkeruh suasana. Peristiwa ini jangan dipakai untuk kepentingan politik, ini harga yang dipertaruhkan masa depan bangsa," kata Wakil Sekjen PGI, Pendeta Krise Anki Rotti, dalam jumpa pers pada Minggu (13/5).
PGI mengimbau para pemimpin agama mewaspadai tindak kekerasan melalui khutbah atau dakwah. Krise juga meminta supaya masyarakat tidak memberi kesempatan dan simpati bagi pelaku teror dengan, menyebar foto maupun video kejadian atau korban.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tujuan teroris. Mari kita sebarkan kasih dan damai bukan kekerasan," katanya.
Sementara itu, Romo Agus dari KWI mengatakan buat menghadapi terorisme harus diimbangi dengan sikap waspada dan menekan rasa takut. Dia juga meminta pemerintah serius menangani hal itu, terutama meningkatkan upaya pencegahan.
Ledakan bom mengguncang Gereja Santa Maria Tak Bercela (Jalan Ngagel), Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Sawahan di Jalan Arjuno, yang ketiganya berada di Surabaya. Ledakan terjadi saat jemaat sedang melaksanakan pergantian misa.
Kepolisian Daerah Jawa Timur melaporkan sembilan orang meninggal dan 40 korban luka-luka, dua di antaranya polisi. Hingga kini pihak kepolisian masih melakukan identifikasi dan olah tempat kejadian perkara (TKP).
(ayp)