Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo alias
Jokowi bertemu dengan sejumlah akademisi politik dan pimpinan lembaga survei, Kamis (31/5) sore. Pertemuan itu diisi dengan berbagai saran soal kenegaraan.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya mengatakan pertemuan itu digelar karena Presiden Jokowi ingin mendengar masukan dari pengamat politik mengenai isu terkini.
"Kalau yang senior lebih banyak [memberi masukan] terkait sistem efektivitas hubungan parlemen dan presiden, termasuk masalah masalah hoaks dan pemerintah atau Presiden," kata dia, di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (31/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tempat yang sama, Direktur Indo Barometer Muhammad Qodari menyatakan pertemuan itu juga dihadiri pakar dari sejumlah universitas guna memberi masukan kepada Presiden.
Di antaranya, Edy Prasetyono, Hamdi Muluk, Malik Gismar, Valina Singka Subekti (Universitas Indonesia), Ari Sudjito (Universitas Gadjah Mada), Ramlan Surbakti (Universitas Airlangga), dan Syamsuddin Haris (LIPI).
"Kasih masukan sesuai bidang masing-masing. Ramlan Surbakti kasih masukan efektivitas pemerintahan daerah, Pak Syamsuddin Haris mengenai partai politik, Bu Valina mengenai partai politik," tutur Qodari.
Meski pertemuan dilakukan bersama sejumlah lembaga survei, Qodari membantah jika pertemuan terkait persiapan Presiden Jokowi melangkah termasuk elektabilitas dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
"Enggak ada. Enggak ada," tandasnya.
(arh)