Jakarta, CNN Indonesia -- Calon Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mengaku sering difitnah oleh orang-orang tak bertanggung jawab yang tujuannya menjatuhkan kredibilitasnya di mata masyarakat.
Edy tak mempermasalahkan bila dia tak dipilih di Pemilihan Gubernur Sumatera Utara, 27 Juni 2018 selama proses demokrasi dilakukan sesuai aturan.
"Tak pilih saya nanti di Pilkada tidak masalah. Itulah demokrasi yang harus kita hormati. Yang tidak boleh itu saya tidak stroke dibilang stroke. Jangan kita mudah dipecah belah, marilah bersama-sama bergandengan tangan membangun Sumut yang kita cintai ini," kata Edy di Medan, seperti dikutip dari
Antara, Rabu (5/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edy mengatakan serangan demi serangan terus menerpanya untuk maju menjadi orang nomor satu di Sumatera Utara, bahkan menurutnya sudah menjurus fitnah. Di media sosial sempat beredar kabar yang menyebutkan Edy terserang stroke, namun hal itu dibantah oleh Edy.
"Ada yang memfitnah saya pemarah, cabul, bahkan saat saya umrah malah disebut saya stroke. Tapi itu semua harus saya sikapi dengan kepala dingin," katanya.
Dia mengatakan siapapun nanti yang terpilih sebagai pemenang di Pilkada Sumatera Utara, bukanlah menjadi hal yang penting, karena itu semua memang proses sebuah demokrasi.
Namun tentunya demokrasi itu harus dijalankan dengan cara-cara bijak dengan tidak menjelekkan lawan.
Edi juga berpesan agar media berperan dalam membangun suatu daerah dengan pemberitaan-pemberitaan yang positif dan saling membesarkan semua program membangun demi semata-mata kesejahteraan masyarakat.
"Fungsi media sangat penting. Dia bisa membangun dan menghancurkan. Itu mengapa saya selalu mengajak wartawan untuk bersama-sama membangun dengan pemberitaan yang positif," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Edy juga mengungkapkan salah satu alasannya maju di Pilgub Sumatera Utara. Kata dia, dari 14 juta jiwa penduduk Sumatera Utara, 1,4 juta di antaranya tergolong miskin.
"Hal itulah yang menjadi salah satu dasar saya bertekad maju bersama Musa Rajecksha menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara. Saya ingin ke depan tidak ada lagi masyarakat miskin di Sumatera Utara yang kita cintai ini," katanya.
Djarot Blusukan ke PasarSementara, calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat blusukan ke pasar rakyat di Desa Aek Songsongan dan pasar pekanan di Kecamatan Rahuning, Kabupaten Asahan, beberapa hari lalu.
Menurut Djarot pasar tradisional perlu dipertahankan karena memiliki fungsi ganda dalam kehidupan masyarakat.
 calon gubernur dan wakil gubernur Sumut Djarot Saiful Hidayat (kiri) dan Sihar Sitorus. (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi) |
Djarot mengatakan pasar tradisional yang selalu dikunjungi masyarakat itu memiliki keunggulan tersendiri. Dengan kearifan lokalnya, pasar rakyat atau pasar tradisional itu bukan hanya sebagai lokasi jual beli, melainkan salah satu wadah dalam membangun silaturahmi.
Menurut cagub yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu, pergaulan di pasar tradisional mengandung aspek kekerabatan.
"Kita tidak hanya berhadapan dengan logo dan harga, tapi juga bersilaturahmi dan bercakap-cakap. Inilah keunggulan pasar-pasar rakyat yang susah digantikan dengan pasar-pasar modern," ucapnya.
Meski pernah menjabat sebagai Wali Kota Blitar dan Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mengaku sering dan lebih suka ke pasar tradisional.
Selain dapat berdialog langsung dengan pedagang dan pembeli, berbelanja di pasar tradisional juga bagian dari upaya menggerakkan ekonomi kerakyatan.
"Jadi saya lebih suka seperti ini, kalau ke pasar tradisional, saya usahakan belanja," ujar Djarot.
Dalam menyambut lebaran, Djarot Saiful Hidayat mengharapkan pemerintah daerah untuk mengantisipasi harga daging ayam yang sering mengalami lonjakan.
(antara/pmg)