Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Protokol
Masjid Istiqlal Abu Hurairah mengungkapkan ada sejumlah masalah kebersihan dan ketertiban jemaah iktikaf atau yang berdiam diri di masjid selama bulan Ramadan.
Bentuknya, pertama, kecenderungan jemaah untuk membawa barang berlebihan ke masjid. Hal itu memicu masalah ketertiban.
"Untuk peserta itikaf, dari awal saya sudah mengimbau agar kalau iktikaf di Istiqlal jangan seperti orang pindah rumah. Semua dibawa. Koper, anak, cucu, dibawa tidur di sini," kata dia, saat ditemui
CNNIndonesia.com di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (12/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tumpukan barang-barang itu, lanjutnya, merusak estetika masjid dan menghabiskan tempat yang seharusnya diperuntukkan untuk jemaah lain beribadah atau berlalu-lalang.
Kedua, masalah sampah dan kebersihan. Abu kecewa banyak jemaah yang kerap membuang sampah sisa makanan dan minuman usai sahur dan berbuka secara sembarangan.
Padahal, panitia selalu mengumumkan melalui pengeras suara agar sampah dibuang ke tempat sampah yang disediakan.
 Jemaah membawa ransel di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (12/6). ( CNN Indonesia/Mesha Mediani) |
"Saya datang pagi-pagi, lihat sisa nasi, tulang ikan, kuah sayur. Saya bukan petugas kebersihan, tetapi kita kan ikut bertanggung jawab. Orang asing masuk sini lho," ujar Abu.
Meski Istiqlal buka 24 jam dan digawangi oleh puluhan petugas kebersihan, Abu tetap mengimbau agar jemaah tidak mengotori area masjid.
Ia juga meminta pengunjung tidak mencuci dan menjemur pakaian di teras masjid. Jemaah, katanya, dapat membawa pakaian secukupnya atau pulang ke rumah untuk berbenah diri sebelum melanjutkan iktikaf.
"Jadi enggak sampai mencuci di sini. Di samping memang enggak ada fasilitas untuk mencuci dan menjemur itu, air juga tidak mubazir," tuturnya.
Abu mengingatkan agar jemaat senantiasa menerapkan prinsip 'Kebersihan adalah sebagian dari Iman'.
"Dari segi agama kan, jagalah kebersihan. Kebersihan sebagian dari iman. Mana? Kami harapkan di masjid ini dia mengaplikasikan amalan-amalan yang diajarkan agama. Kami harapkan itu, tetapi buktinya masih rendah," cetus dia.
 Suasana iktikaf pada siang hari di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (12/6). ( CNN Indonesia/Mesha Mediani) |
Ketiga, persoalan ketertiban iktikaf jemaah. Menurutnya, banyak dari mereka yang tertidur di area salat, pelataran, hingga koridor masjid, terutama pada pagi hari. Hal itu menyulitkan petugas yang hendak membersihkan masjid.
Keempat, persoalan listrik dan air. Banyaknya barang yang dibawa, terutama barang elektronik seperti laptop dan ponsel. Hal itu berdampak pada tagihan listrik mesjid.
Abu mengungkapkan tagihan listrik di masjid yang berdiri di atas tanah seluas 9 hektare itu biasanya mencapai Rp900 juta hingga Rp1 milyar per tiga bulan.
"Barang-barang terlalu berlebihan seperti laptop dan iPad, banyak [yang bawa],
HP ada tiga. Nge-
charge ini kan juga bayar listrik," kata Abu.
Selain itu, banyak jemaah lupa menutup keran usai berwudhu. Air dari PD PAM Jaya pun terbuang percuma.
Kelima, masalah keamanan. Abu melanjutkan ada sejumlah laporan kasus kehilangan ponsel dan dompet. Hal itu tak lepas dari banyaknya barang-barang yang dibawa jemaah saat iktikaf.
"Karena Istiqlal ini tempat umum, semua diperbolehkan datang. Hati-hati," imbaunya.
Diketahui, iktikaf menjadi salah satu amalan yang banyak dipilih oleh umat Islam dan menjadi kebiasaan untuk dilakukan di bulan Ramadan.
[Gambas:Youtube] (arh/gil)