Jakarta, CNN Indonesia -- Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Ilham Saputra menyatakan tidak terkejut dengan tingginya partisipasi pemilih di Papua pada Pilkada 2018 lalu, meski bumi Cenderawasih didera konflik. Menurutnya, hal itu terjadi karena ada sistem noken yang diterapkan di Papua. Bahkan hanya Papua yang melampaui target yang dipasang KPU.
"Bukan anomali sebetulnya. Noken itu yang bisa saja kemudian membuat partisipasi terlihat besar," tutur Ilham di kantor KPU, Jakarta, Jumat (13/7).
Sistem noken sendiri adalah pola pemungutan suara khusus yang dilakukan di Papua. Dalam sistem noken, kepala suku mewakili seluruh anggota sukunya dalam memilih calon kepala daerah. Dengan kata lain, secara kolektif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Noken merupakan tas tradisional Papua yang terbuat dari akar kayu. TPS yang menerapkan sistem noken, tidak lagi menggunakan kotak suara, melainkan noken untuk menampung surat suara. Sistem noken digunakan sejak 1977. Kala itu, noken digunakan akibat distribusi kotak suara yang terhambat.
"Noken juga mempengaruhi jumlah partisipasi. Noken itu kan kolektif. Kepala suku bilang ini, satu TPS milih dia semua.
Dalam data soal tingkat keikutsertaan penduduk diungkap Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) menyatakan Papua merupakan daerah dengan tingkat partisipasi tertinggi pada Pilkada 2018, yakni mencapai 84 persen.
KPU memasang target 77 persen, sedangkan partipasi pemilih di Papua lebih dari itu.
Pemungutan suara pilgub Papua sempat ditunda di daerah Paniai dan Nduga. Penundaan di Paniai akibat logistik pemilu yang terlambat sampai ke tempat pemungutan suara (TPS) pada pemungutan suara 27 Juni lalu. Sementara penundaan di Nduga, berkaitan dengan adanya kontak senjata antara aparat keamanan dan kelompok bersenjata.
Hasil pilgub Papua sendiri memenangkan pasangan petahana Lukas Enembe-Klemen Tinal.
(ayp)