Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berharap agar politik identitas tidak mendominasi pemilihan umum 2019. SBY ingin pemilu 2019 berjalan aman, damai dan jujur.
Hal itu diungkapkan SBY saat bertemu dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di kediamannya di kawasan Mega Kuningan Jakarta, Selasa (24/7).
"Komitmen bersama kami selaku pemimpin pak Prabowo Gerindra dan saya selaku pemimpin demokrat yang memiliki komitmen sama agar pemilu 2019 berlangsung damal jujur dan adil itu yang kami bahas," kata SBY.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Komitmen agar Pemilu berjalan damai, adil dan jujur, menurut SBY sangat penting.
"Jangan sampai politik identitas, SARA secara ekstrem mendominasi pemilu, agar demokrasi tumbuh dan berkembang, berkualitas," kata SBY.
Politik identitas berkembang sejak pelaksanaan Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Kala itu, Demokrat mengusung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni.
Namun, di putaran pertama pasangan itu kalah dari dua pasangan calon lainnya, Basuki Tjahaja Purnama alias AHok-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Pilkada DKI Jakarta 2017, diwarnai sejumlah aksi menuntut calon gubernur Ahok dihukum karena dianggap menista agama karena ucapannya mengutip Surat Al Maidah 51.
SBY dan Prabowo menyerukan agar negara dan pemerintah serta aparat intelijen dan militer benar-benar netral dan tidak berpihak dalam pemilu 2019.
Selain itu, SBY berharap agar negara menjamin kebebasan berbicara selama kampanye karena hal itu dijamin konstitusi selama.
"Agar kami semua, para peserta Pemilu bisa menyuarakan suara kami. Agar kami berkampanye tanpa dibayang-bayangi sikap dianggap melampaui kepatutannya," katanya.
Kata SBY, jika Pemilu berlangsung damai jujur dan adil maka rakyat juga wajib mengakui setiap calon yang kelak menjadi pemenang pada Pilpres.
SBY juga mendukung penertiban hoaks. Tapi, kata SBY penertiban hoaks harus dilakukan secara proporsional dan adil.
(ugo/asa)