Partai Tommy Bandingkan Blusukan Jokowi dan Soeharto

Kustin Ayuwuragil | CNN Indonesia
Jumat, 03 Agu 2018 20:25 WIB
Sekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso menyatakan, tak seperti Jokowi, Presiden kedua RI Soeharto tak pernah menggembar-gemborkan blusukan menyapa rakyat.
Presiden Joko Widodo saat meresmikan Bandara Ahmad Yani di Semarang beberapa waktu lalu. (Biro Pers Setpres/Laily Rachev)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal Partai Berkarya, Priyo Budi Santoso menyindir gaya blusukan Presiden petahana Joko Widodo (Jokowi) yang kerap diberitakan heboh media massa.

Priyo menyatakan aksi blusukan juga sebenarnya kerap dilakukan Presiden kedua RI, Soeharto. Namun, katanya, kala itu tak pernah membanggakan aksinya.

"Saudara-saudara sekalian kalau kita mau sedikit membuka sejarah zaman pak Harto beliau juga melakukan blusukan bedanya adalah beliau tidak pernah menyebut itu sebagai blusukan," ujar Priyo saat konferensi pers di DPP Partai Berkarya, Jakarta, Jumat (3/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Jokowi dikenal memiliki gaya kepemimpinan khas untuk mengetahui kondisi rakyat yang dipimpinnya. Gaya blusukan, begitu namanya, dilakukan Jokowi di tengah masyarakat seperti di pasar atau gang-gang kecil sejak menjabat Wali Kota Solo hingga Gubernur DKI Jakarta.

"Dan yang kedua adalah beliau [Soeharto] tidak pernah dikumandangkan atau disiarkan. Beliau tidak pernah dikumandangkan disiarkan, tapi memang betul betul silent," lanjut Priyo membanggakan aksi 'blusukan' ayah kandung dari Ketua Umum Partai Berkarya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto tersebut.

Priyo Bandingkan Blusukan Jokowi dan SoehartoTommy Soeharto. (REUTERS/Beawiharta)
Priyo menegaskan aksi berkeliling untuk mengetahui kondisi rakyat adalah tradisi yang harus diteruskan para pemimpin, terutama presiden di Indonesia.

"Kalau sekarang dikumandangkan ya enggak apa-apa, biar rakyat tahu. Kalau zaman dulu nggak usah. Tapi semua juga sangat mengapresiasi langkah blusukan itu bagus, mungkin meneruskan tradisi dari presiden sebelumnya," tutur Priyo.

Priyo juga mengungkap kritik partainya atas Pemerintahan Jokowi. Partainya, kata Priyo, menilai praktik perkoncoan alias KKN masih sangat sering terjadi di era Jokowi.

Dia menyampaikan masalah-masalah ekonomi yang saat ini berdampak pada rakyat antara lain mulai dari penurunan daya beli, angka pengangguran tinggi, kemiskinan tinggi, hingga hutang luar negeri yang semakin menumpuk.

Oleh sebab itu, Partai Berkarya berniat menawarkan kembali solusi strategi kebijakan pembangunan ala Soeharto.

"Itulah kami menawarkan solusi strategi trilogi pembangunan Pak Harto dulu. Saya membayangkan masih berkenan mau melihat kebaikan sisi trilogi pembangunan Pak Harto kalau digabungkan trisakti Pak Jokowi ini akan luar biasa," katanya.

Partai Tommy Bandingkan Blusukan Jokowi dan SoehartoSekjen Partai Berkarya Priyo Budi Santoso (tengah) (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Usung Tommy Jadi Capres

Priyo menyatakan pihaknya berharap Mahkamah Konstitusi (MK) mengetuk keputusan ajaib untuk membatalkan aturan ambang batas untuk mencalonkan presiden.

"Siapa tahu pada menit menit menentukan tiba tiba hakim MK memberi keputusannya. Kalau keputusan dengan gagah berani presidential threshold nol persen, saya umumkan kalau masyarakat pecinta Soeharto akan mencalonkan, Pak Tommy Soeharto sebagai presiden," kata Priyo.

Itu pun, tegasnya, merupakan keinginan yang digaungkan dari akar rumput partai tersebut.

Dalam pemilu mendatang, Tommy mendaftar menjadi bakal calon legislatif dari daerah pemilihan Papua. Priyo mengatakan jika keputusan yang diharapkan di MK terjadi, pihaknya akan mencabut pencalegan TOmmy di Papua.

Sebaliknya, jika keputusan MK tak sesuai yang diharapkan, Priyo mengatakan pihaknya saat ini menghormati hasil Ijtima Ulama soal capres-cawapres rekomendasi. Ijtima ulama yang digelar GNPF Ulama merekomendasikan dukungan kepada capres Prabowo Subianto dan cawapres antara Salim Segaf al Jufri atau Abdul Somad.

(kid/gil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER