Sebungkus Nasi Dibagi Lima, Warga Kecinan Butuh Bantuan

Bintoro Agung | CNN Indonesia
Selasa, 07 Agu 2018 20:41 WIB
Sementara ini warga Kecinan dan Mentigi yang mengungsi di bukit memisah kedua dusun tersebut di Lombok Utara membutuhkan bantuan air dan makanan mendesak.
Warga dusun Kecinan dan Mentigi bertahan di atas bukit hingga hari ini pascagempa Lombok, Minggu (5/8 ) malam. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Lombok, NTB, CNN Indonesia -- Tak jauh dari tempat penyeberangan menuju destinasi wisata Gugusan Tiga Gili di Pantai Mentigi, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) ada sebuah bukit yang menjadi tempat bermukim sementara warga dari sejumlah dusun. Ada sekitar 1.000 orang yang masih mengungsi di sana.

Mereka berasal dari Dusun Mentigi dan Dusun Kecinan. Bukit yang membelah kedua dusun itu menjadi pilihan tempat tinggal darurat warga pasca gempa 7,0 SR yang terjadi Minggu (5/8).


Saena (35), warga dari Dusun Kecinan, sudah menginap di atas bukit pada Minggu malam. Bersama keluarga besarnya yang berjumlah 37 orang, mereka mendirikan tenda seadanya yang terbuat dari terpal beralaskan tanah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Azni mengeluhkan pasokan bantuan ke daerahnya sangat minim. Suplai air bersih dan makanan sudah sangat mendesak buat memenuhi keseharian mereka.

"Kita cuma makan satu nasi bungkus yang dibagi untuk lima orang," ujar Saena yang mengungsi bersama sepuluh anggota keluarganya saat ditemui CNNIndonesia.com di lokasi pengungsian, Selasa (7/8).

Tubuh Saena terlihat agak lemas, sementara bibirnya tampak kering. Kondisi tubuh Saena mengindikasikan dirinya dehidrasi serta kekurangan nutrisi.

Tak jauh dari tenda pengungsian yang menaungi Saena, Azni (31) dari Dusun Mentigi menjelaskan soal suplai air yang dipakai mereka untuk kebutuhan domestik pengungsi di bukit tersebut.

"Untuk air kita memang masih dapat dari sumur yang dipakai bergiliran itu pun airnya kotor tidak bisa langsung diminum, sementara untuk makanan kita mengandalkan pemberian orang-orang yang lewat di jalan," kata Azni (31).

Untuk mendapatkan tambahan suplai makanan dan minuman, sebagian warga Kecinan dan Mentigi turun ke jalan. Mereka berharap mendapat bantuan dari pengendara yang berlalu-lalang.

Baik dari Saena maupun Azni mengatakan, mereka bersama pengungsi lain belum berencana kembali ke dusun mereka dalam waktu dekat. Selain rumahnya sudah rata dengan tanah, mereka masih trauma dengan gempa dan peringatan tsunami yang sempat muncul.

"Tiang listrik di sebelah rumah saya nyaris ambruk jadi saya pun enggak berani ke sana," ucap Husnatiah (47), pengungsi lain yang berasal dari dusun Kecinan.

Bahkan saat beristirahat di bawah tenda pun Husnatiah dan keluarga masih dilanda kekhawatiran. Namun ia bersyukur delapan anggota keluarganya aman dari bencana.

Kondisi perbukitan yang pengungsi huni saat ini tak memiliki sumber air bersih. Di samping itu, debu yang beterbangan dari permukaan bukit membuat kondisi kesehatan cukup mengkhawatirkan.

(kid/asa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER