Rencana Revitalisasi Kang Emil, Asa dan Masalah Kalimalang

Tim | CNN Indonesia
Sabtu, 15 Sep 2018 13:23 WIB
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berencana merevitalisasi Kalimalang di Bekasi, Jawa Barat layaknya Sungai Cheyongyecheon di Seoul, Korea Selatan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. (Foto: CNN Indonesia/Tiara Sutari)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berencana merevitalisasi Kalimalang di Bekasi, Jawa Barat layaknya Sungai Cheyongyecheon di Seoul, Korea Selatan. Rencana tersebut merupakan jawaban atas mimpi Presiden Joko Widodo untuk membuat sungai Ciliwung seindah sungai di negeri ginseng.

Kang Emil, sapaan akrabnya, melontarkan janjinya itu melalui akun instagram-nya, @ridwankamil, pada Rabu (12/9), lalu. Mantan Walikota Bandung itu bahkan mengaku bakal memulai mengerjakan desain dan perencanaan pada pekan depan.

"WARGA KOTA BEKASI tercinta, minggu depan sudah dimulai desain dan perencanaan revitalisasi Kalimalang. Semoga bisa sekeren Sungai Cheyonggyecheon di Seoul. Dikawal warga teladan kang @kangmalik_. Hatur Nuhun #JABARJUARA," tulis kang Emil di akun Instagramnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rencana Kang Emil itu lantas mendapat sambutan positif dari sejumlah warga yang tinggal dan mencari nafkah di pinggiran Kalimalang. Ni Luh Putu (29) mengaku senang dan mendukung rencana tersebut. 

Menurut dia dengan direvitalisasinya Kalimalang, kota Bekasi bakal memiliki magnet dan daya tarik yang bisa dibanggakan oleh warganya. Warga pun, kata dia, bakal memiliki wisata alternatif apabila Kalimalang dipercantik layaknya Sungai Cheyonggyecheon dan lebih enak dipandang.

Pasalnya, terang dia, saat ini kondisi pinggiran sungai Kalimalang cukup semrawut. Selain jalan inspeksi yang macet, pembangunan Jalan Tol Bekasi, Cawang, Kampung Melayu (Becakayu) membuat kondisi pinggiran Kalimalang menjadi makin tak karuan.

Pantauan CNNIndonesia.com di sepanjang pinggiran Kalimalang banyak terdapat alat berat, truk, dan mobil-mobil yang terparkir. Tak jarang juga ditemui sisa puing, pasir, dan bahan bangunan ditumpuk di sana.

"Mendukung ya biar bersih dan bisa buat wisata," ujar Mahasiswi Pascasarjana ini saat ditemui di sebuah warung Makan di pinggir Kalimalang, Jawa Barat, Jumat (14/9).

Senada, pemilik warung makan di pinggir Kalimalang, Noni (45) mendukung rencana itu. Dia yakin seusai direvitalisasi pemandangan pinggiran Kalimalang bakal lebih segar dan menyejukan mata. 

Noni berharap Kang Emil juga dapat menghijaukan pinggiran Kalimalang dengan menambahkan pohon-pohon dan tanaman. Pasalnya, kata Noni, suasana pinggiran Kalimalang saat ini sangat gersang dan berdebu.

Rencana Revitalisasi Kang Emil, Harapan & Masalah KalimalangFoto: CNN Indonesia/Safir Makki
Kondisi di lapangan hampit tidak ada satu pun pohon yang menanungi pinggiran Kalimalang. Rumput pun sangat jarang ditemui, hanya ada tanah merah bekas urukan proyek dan tiang-tiang beton Tol Becakayu.

"Sekarang kan pemandangannya udah kaya daerah kumuh gini. Mungkin kalau dibagusin kan pemandangan jadi segar, saya yang jaga warung juga jadi segar," ujar Noni.

Revitalisasi Kalimalang, kata Noni juga bisa menjadi lahan rezeki baru baginya. Apabila kali buatan sepanjang 70 kilometer itu direvitalisasi bukan tidak mungkin pengunjungnya akan banyak dan mampir ke warung makan miliknya.

"Atau bisa juga kan kalau kayak taman gitu nanti ada pedagang resminya kalau ada sih saya pengen ikutan juga di situ gitu," terang dia.

Sementara itu, terkait kondisi Kalimalang sendiri, airnya masih berwarna kecokelatan. Sesekali tampak juga satu dua sampah plastik mengapung terbawa aliran kali.

Penjaga pintu air Kalimalang di wilayah Cipinang, Tarjo (43) mengatakan warna air yang kecokelatan disebabkan oleh pekerjaan normalisasi kali. Soal sampah, Tarjo mengaku jumlahnya tidak begitu banyak.

Jumlah sampah yang sedikit itu, kata Tarjo, adalah berkat pinggiran Kalimalang yang sudah ditutupi beton dan terbuka. Masyarakat pun kata dia sudah sangat jarang membuang sampah di Kalimalang. Sampah yang paling sering dia temui adalah bekas-bekas kayu pembangunan Tol Becakayu.

"Paling ada kayu-kayu bekas proyek biasa kan tukang suka main buang aja ke kali enggak mau ribet, selebihnya sih sedikit kalau sampah rumah tangga," ujar dia.

Rencana Revitalisasi Kang Emil, Harapan & Masalah KalimalangFoto: CNN Indonesia/Safir Makki

Kendati begitu, berdasarkan pantauan, masih terdapat sedikit tumpukan sampah di pinggiran Kalimalang dekat tikungan menuju Jalan Caman Raya. Di lokasi yang sama juga terlihat bekas bakaran sampah.

Hal itu diamini Kosim (60) tukang becak yang biasa mangkal di pinggiran Kalimalang. Dia mengaku beberapa kali memergoki warga yang membuang dan membakar sampah di pinggiran Kalimalang.

"Yah namanya orang kalau ada kesempatan ya curi-curi dia kadang bakar sampah, kadang buang sampah, kan enggak semuanya keliatan ama petugas," tutur Tarjo.

Baik Ni Luh Putu, Noni, Kosim dan Tarjo mengakui masalah utama Kalimalang bukan semata kondisi air yang keruh dan pinggiran kali yang gersang, melainkan kemacetan di sepanjang jalan Inspeksi Kalimalang yang menghubungkan Jawa Barat dan DKI Jakarta.

Jalur inspeksi Kalimalang layaknya neraka bagi para pengendara yang melintasinya. Saat menyusuri Kalimalang, CNNIndonesia.com sempat terjebak macet di pertigaan Caman arah Bekasi. Titik kemacetan juga mulai terasa di persimpangan Kincan.

Rencana Revitalisasi Kang Emil, Harapan & Masalah KalimalangFoto: CNN Indonesia/Safir Makki

Hal itu diamini oleh Abdullah Mubarok (35), warga yang tinggal di pinggiran Kalimalang. Kemacetan lalu lintas, adalah makanan sehari-hari bagi para pengendara yang melintasi jalur sepanjang 20 kilometer ini.

"Kalau sampah, kali agak butek itu biasa cuma kemacetan aja deh di sini parah," ujar Abdullah.

Penemuan Mayat Hanyut

Kosim bercerita bukan hanya sampah yang hanyut di kali yang sumber airnya dari Waduk Jatiluhur itu. Tak jarang ia mendengar bahkan melihat mayat mengapung di sana.

"Pernah waktu itu mayat maling motor, dia mungkin kabur ya nyebur ke kali terus bingung di cegat warga di sana-sini terus jadi mayat deh begitu," kenang Kosim.

Hal itu diamini oleh Tarjo. Selama 20 tahun menjadi petugas buka tutup pintu air, menemukan mayat mengapung bukan hal asing baginya. 

Mayat yang pernah tersangkut di tempat ia menjaga pun beragam usianya. Mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Pernah juga ia menemukan mayat korban mutilasi.

"Kalau nemu mayat di sini (pintu air yang dijaganya) pasti dikerubutin sama orang mau lihat," ujar Tarjo.

Tarjo menjabarkan untuk mayat bayi biasanya dibungkus di dalam kardus, sementara mayat korban mutilasi dibungkus di dalam tas atau kantung kresek besar.

"Iya kadang ada aja yang pakai tas gede itu buang mayatnya," ujar dia.

Ia menjelaskan mayat anak-anak dan bayi yang paling banyak dia temui. Maklum banyak anak-anak yang bermain dan berenang di Kalimalang dan bernasib nahas.

"Ya sudah dibilangin tapi suka pada ngeyel, tapi mereka pada bisa berenang sih," ujar Tarjo. (sah/evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER