Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak awal saya menduga, Pemilihan Presiden 2019 bakal berlangsung panas. Pasalnya, selain sisa-sisa 'luka' Pilkada DKI Jakarta, juga ada aroma cawe-cawe ulama di hajatan lima tahunan itu.
Apalagi isu SARA menurut sejumlah lembaga survei berpontensi akan kembali dimainkan dan jadi ganjalan di Pilpres. Belum lagi gerakan massif #2019GantiPresiden yang diklaim sampai luar negeri.
"Kudu hati-hati ini Jokowi," demikian kata seorang teman dalam obrolan warung kopi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun dugaan saya meleset sama sekali begitu mendengar desas- desus Prabowo Subianto, kadindat capres oposisi yang punya elektabilitas paling mumpuni, akan menggandeng Sandiaga Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta yang juga kader Gerindra.
Dagelan apa ini?
Sungguh tak masuk di akal sehat saya jika Gerindra yang tak bisa mengusung capres/cawapres sendiri mengusung dua kadernya dalam satu paket kandidat.
Bahkan jika Joko Widodo, petahana dengan elektabilitas tertinggi, menggandeng kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, partai dengan suara mayoritas di DPR, masih sulit dipercaya.
Tapi ini Prabowo, yang butuh sokongan parpol lain untuk kembali bersaing di arena Pilpres.
Butuh kerja sama antarparpol untuk menggerakkan mesin politik di Pemilu serta membangun pemerintahan yang kuat nantinya.
Apa pula yang bisa diharapkan dari Sandi yang namanya sendiri selama ini tak masuk dalam tokoh yang punya elektabilitas di Pilpres.
Saya berfikir, apa iya ini disengaja agar bisa lebih mudah kalah nanti, karena sadar mimpi menang sulit jadi kenyataan.
Kicauan Rp500 MiliarKicauan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief di akun Twitternya, seakan sedikit menjawab pertanyaan saya.
Sandi dikabarkan menggelontorkan uang Rp500 miliar ke Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan Sejahtera agar mendapat restu untuk mendampingi Prabowo. Tuduhan serius yang sudah dibantah PAN dan PKS. PKS bahkan berencana membawa ke ranah hukum.
Terlepas benar tidaknya tudingan itu, dari hitungan politik awam saya, kini tujuan Sandi menjadi cawapres sendiri belum terjawab hingga kini. Saya kurang yakin jika memang tujuan awalnya untuk menjungkalkan Jokowi di Pemilu mendatang.
Bukannya lebih mudah menggandeng salah satu kader PKS, atau Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan yang juga Ketua MPR, atau bahkan Agus Harimurti Yudhoyono?
Seperti diketahui PKS yang merupakan sohib kental Gerindra, selama ini paling kencang meminta jatah cawapres. Sejak awal mereka punya sembilan nama, plus satu nama di antaranya jadi rekomendasi Ijtimak Ulama.
Elite PKS juga selalu bilang bahwa mereka tak ingin hanya jadi penggembira dan mengancam menarik dukungan dari Prabowo jika cawapres bukan dari mereka.
Salah satu elite PKS, Mardani Ali Sera selama ini juga dikenal sebagai dedengkot gerakan #2019GantiPresiden.
 Gerakan #2019gantipresiden. (Foto: CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Karena itu aneh menurut saya jika di detik-detik terakhir, PKS legawa memberikan kursi cawapres Prabowo untuk sesama tokoh Gerindra, Sandiaga Uno.
Gerakan #2019GantiPresiden sejak awal begitu masif. Bahkan mudik lebaran ditunggangi dengan kampanye klakson tiga kali di sejumlah titik, tanda setuju pada gerakan ini.
Saya berfikir gerakan ini benar-benar punya tekad kuat untuk mengganti Presiden di 2019. Gerakan ini sangat masif dengan pengikut militan meski belum menyebut tokoh.
Masifnya gerakan ini saya kira bakal diikuti dengan dua pasangan yang menjanjikan dan bisa bicara banyak di Pemilu nanti. Ya setidaknya bisa memberikan perlawanan berarti atau bahkan mungkin sesuai dengan cita-cita mereka, membuat Jokowi angkat koper dari Istana.
Tapi apa lacur, sosok yang diduetkan dengan Prabowo adalah tokoh yang sama sekali tak pernah disurvei dan berasal dari kalangan dalam Gerindra.
Saya melihat, hebat sekali dan sangat percaya diri Prabowo ini menggandeng tokoh parpolnya yang bahkan Jokowi saja tidak melakukannya.
Setelah Prabowo menggandeng Sandi, sangat menarik dinanti manuver tokoh #2019 GantiPresiden ini seperti Mardani Ali Sera atau Neno Warisman.
Menarik juga ditunggu alasan Prabowo menggandeng Sandi, alasan kubu koalisi di tubuh Prabowo seperti PAN dan PKS yang rela kursi cawapres diduduki orang Gerindra lagi.
Jika benar apa yang dikatakan Andi Arief, bahwa ada uang Rp500 miliar dibalik dipilihnya Sandi sebagai cawapres Prabowo dan tak ada niat besar untuk mengalahkan Jokowi, maka bisa dibilang, Pilpres 2019 hanya sebuah arena lucu-lucuan sebagai wujud politik dagelan.
(asa/asa)