Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang di Kabinet Kerja Joko Widodo-Jusuf Kalla, Ferry Mursyidan Baldan, mengungkapkan alasannya bergabung ke dalam Tim Pemenangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Menurutnya, hal tersebut merupakan permintaan Prabowo dan Sandi. Dia juga mengaku menerima permintaan tersebut karena sudah mengenal sosok yang bakal menjadi calon presiden dan wakil presiden tersebut.
"Saya diminta untuk ini, saya juga sudah kenal dengan Prabowo dan Sandi. Saya oke, saya mau," katanya kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (30/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ferry tak menjawab tegas saat ditanya kedekatan hubungan dirinya dengan Prabowo atau Sandi. Dia hanya menyampaikan sebagai politisi, dirinya senantiasa menjaga relasi dengan seluruh elite politik Indonesia.
Menurutnya, hal tersebut sudah dilakukan sejak masih bernaung di bawah Partai Golkar.
"Saya politikus, dari relasi hubungan saya dengen elite politik selama ini saya jaga selalu. Dari awal ketika saya di Golkar, saya tinggalkan Golkar (tapi) saya tidak menjelekkan Golkar. Termasuk ini juga," ucapnya.
Ferry sempat menjadi politisi Golkar sebelum berlabuh ke NasDem. Saat ini Ferry mengaku sudah tidak aktif di NasDem yang mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.
"Saya sudah enggak aktif, NasDem sudah berjalan, tanpa saya juga sudah berjalan. Saya merasa ya sudah mungkin saya tidak bagian dari NasDem lagi," ucap Ferry.
Lebih jauh, Ferry berkata belum mengetahui bidang yang akan ditugaskan kepada dirinya dalam Tim Pemenangan Prabowo-Sandi.
Namun, dia mengaku sudah menyampaikan memiliki pengalaman sebagai tim sukses di bidang komunikasi politik dan pengawalan proses penghitungan suara.
Ferry juga mengaku memiliki kemampuan untuk membantu pasangan Prabowo-Sandi yang akan memfokuskan diri pada isu-isu di sektor ekonomi, seperti terkait regulasi aspek tanah bagi masyarakat dan negara.
"Kalau ditugaskan bukan bidang saya, saya akan bilang," katanya.
Ferry menjabat sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang dalam rentang waktu 27 Oktober 2014 hingga 27 Juli 2016. Setelah mencopot Ferry, Jokowi menempatkan Sofyan Djalil di jabatan tersebut.
Partai Demokrat selaku koalisi pendukung Prabowo-Sandi menyambut baik Ferry yang bergabung ke Tim Pemenangan.
Bergabungnya Ferry dianggap sebagai hal lumrah dalam dunia politik. Namun Kepala Divisi Hukum dan Advokasi DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menilai banyak yang melihat merapatnya Fery ke Prabowo bukti kegagalan Jokowi di pemerintahan.
Sebab, Fery pernah menjadi menteri dan politisi NasDem sehingga pindahnya Ferry dinilai sebagai keinginan yang bersangkutan akan sebuah perubahan.
"Karena cara pandang setiap orang ini kan berbeda. Banyak yang melihat Pak Jokowi gagal, ingin perubahan tentu akan mendukung yang lain, Pak Prabowo," kata Ferdinand kepada CNNIndonesia.com, Kamis (30/8).
(wis/sur)