Jakarta, CNN Indonesia -- Melalui video telekonferensi, Presiden Joko Widodo meminta maaf kepada publik lantaran tak bisa menghadiri
Asian Games 2018 secara langsung di Gelora Bung Karno, Jakarta. Ia mengatakan sedang bersama pengungsi korban bencana gempa di Lombok.
Dalam video tersebut tampak Jokowi di sebuah tenda pengungsian bersama Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) M Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang. Ia juga mengucapkan selamat kepada seluruh masyarakat terkait kesuksesan penyelenggaraan pesta olahraga multicabang itu.
Keduanya terlihat bersama-sama dengan puluhan pengungsi yang mayoritas ibu dan anak. Potret kesedihan dan keprihatinan di Lombok pun ditampilkan di video yang diputar di penutupan Asian Games.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Ketua Umum Demokrat Roy Suryo mengkritik sikap Jokowi itu. Roy mengaku sudah memprediksi Jokowi bakal menutup dari Lombok, dan hal itu merupakan tindakan
show off alias pamer. Sindiran senada dilontarkan oleh Waketum Partai Gerindra Fadli Zon.
Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Padjadjaran Dadang Rahmat Hidayat mengatakan adalah suatu hal yang sah ketika Jokowi menutup Asian Games dari Lombok. Dia bilang, kondisi tersebut menunjukan skala prioritas Jokowi antara Asian Games dan Lombok.
"Ini menunjukkan sesuatu yang lebih penting dari sudut pandang kemanusiaan dari sudut pandang kinerja pemerintah atau perhatian pemerintah terhadap peristiwa di Lombok," kata Dadang kepada
CNNIndonesia.com, Selada (4/9).
Dadang menilai sikap Jokowi adalah hal yang pantas untuk dimaklumi. Namun di sisi lain Dadang tak menampik bakal ada efek samping seperti menggaet pemilih bagi Jokowi mengingat tahun politik.
"Tapi menggaet simpati ini dipersepesikan ujungnya dalam persepsi lebih ke positif. Apalagi Presiden harus mengembang tugas kepresiden untuk tanggap bencana," ujar dia.
Dadang tak mempermalasahkan pendapat Roy Suryo terkait pilihan Jokowi itu. Hal ini mengingat Roy memiliki latar belakang politik.
"Persepsi Roy Suryo sah-sah saja, tapi harus diingat masih ada benefit yang kita peroleh, misalnya Asian Games tidak hilang muka. Asian Games dapat poin, tapi berada di Lombok dapat poin. Jadi Jokowi dapat dua poin," tutup dia.
Sementara, Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menyayangkan sikap Roy Suryo yang mengkritisi Jokowi. Menurut Emrus, Roy harusnya paham penggunakan teknologi di zaman milenial sangat dibutuhkan.
"Justru Roy Suryo kan sudah paham teknologi. Kita tidak harus bertemu secara fisik. Menurut saya Jokowi melakukan tugas yang berbeda di satu waktu dan itu produktif," kata Emrus kepada
CNNIndonesia.com. Presiden Joko Widodo mengendarai motor sambil melambaikan tangan saat pembukaan Asian Games 2018. ( CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Dia menyarankan Roy melakukan pendalaman yang penting jika ingin berkomentar demikian. Sebab dari segi kemanusiaan, wajar seorang kepala pemerintahan mengunjungi daerah yang sudah ada sekitar 400 korban akibat gempa Lombok.
"Bukankah itu sesuatu yang harus diperhatikan kepala negara. Sebagai representasi rakyat menderita. Di satu sisi tugas negara, satu sisi dari segi kemanusiaan," ungkap dia.
Terakhir, Emrus mengatakan kalau pun ada dampak elektoral atau keuntungan dalam Pemilu 2019, itu adalah hal yang wajar. Namun, ia tetap menggarisbawahi soal bahwa itu hanyalah efek samping tugas negara yang dilakukan Jokowi.
"Apa yang dilakukan itu berguna untuk bangsa dan negara. Kalau voting behavior atau electoral itu kan efek samping yang lumrah seperti contohnya kita digaji karena melakukan pekerjaan," tutup dia.
(arh/gil)