Senam Gemu Famire, Berawal dari Oleh-oleh Berujung Rekor MURI

SAH | CNN Indonesia
Rabu, 05 Sep 2018 08:02 WIB
Pencipta lagu 'Gemu Famire', Frans Cornelis Dianbunda, mengaku lagu itu mulanya dibuat sekadar untuk oleh-oleh wisatawan di Maumere, NTT.
Peserta senam Gemu Famire yang memecahkan rekor MURI. (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Frans Cornelis Dianbunda tak pernah menyangka lagu ciptaannya, 'Gemu Famire', bisa tercatat di Musem Rekor Indonesia (MURI) melalui senam yang diiringi lagu tersebut. Padahal, lagu itu mulanya dibuat sekadar untuk oleh-oleh bagi wisatawan.

Hal itu terjadi saat tarian Gemu Mamire dibawakan oleh 346.829 peserta yang terdiri dari TNI, PNS, Dharma Pertiwi, Pramuka dan Siswa Binaan TNI di tiga zona waktu berbeda di Indonesia, Selasa (4/9).

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai Guru SMK Yohanes 23 Maumere, Nusa Tenggara Timur (NTT), ini mengaku terharu dan hampir menangis saat Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto memberikan penghargaan atas lagunya itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kegiatan ini tidak bisa dilukiskan, tidak bisa digambarkan dengan rasa haru, tapi ini luar biasa. Apalagi kami dari jauh dari Flores," kata Frans usai memandu Tari Gemu Famire di Mabes TNI, Jakarta, Selasa (4/9).

Frans bercerita awalnya lagu ini diciptakan pada 2011 lalu bersama adiknya sebagai oleh-oleh untuk para tamu dan wisatawan yang datang ke Maumere, NTT.

Ia sendiri tak menyangka lagu ini bakal melekat di kuping masyarakat Indonesia lewat nada pop khas kawasan timurnya dan lirik "Nona Manis putarlah ke kanan ke kanan" itu.

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto ikut menari tari Gemu Famire saat pemecahan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) di Mabes TNI, Cipayung , Jakarta, Selasa (4/9). Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto ikut menari tari Gemu Famire saat pemecahan rekor MURI di Mabes TNI, Cipayung , Jakarta, Selasa (4/9). (ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya)
"2011 bulan Mei dirilis. kemudian mulai memasyarakat itu sekitar tahun 2012, kemudian mulai meluas di tahun 2014 hingga sekarang. Inspirasinya itu sebenarnya jujur saja waktu saya buat saya membayangkan bahwa lagu ini untuk oleh-oleh semua tamu atau masyarakat siapa saja yang datang ke Maumere," tutur Frans.

Frans menyebut lagu ini juga menyelipkan ornamen-ornamen kearifan lokal yakni suara gong waning. Liriknya dia ambil dari cara guru-guru di Maumere dalam mengajarkan notasi kepada muridnya.
Senam Gemu Famire, Berawal dari Oleh-oleh Berujung Rekor MURIPenyerahan penghargaan rekor MURI dalam senam Gemu Famire. (CNN Indonesia/Setyo Aji Harjanto)

"Syairnya itu saya ambil dari kebiasaan guru guru di jaman dahulu mengajarkan notasi makanya ada gemu, ada famirenya. Famire itu not. Gemu itu memasukkan ke dalam mulut," ujar Frans.

"Maknanya sebenarnya ini diambil cara belajar notasi di sekolah pada jaman dulu pada zaman nenek moyang kemudian saya pikir ini sebenarnya suatu kearifan yang sederhana tetapi kalau diteruskan bagus," lanjut Frans.

Dia bercerita ada banyak pihak yang turut andil dalam mengemukanya lagu ini kepada masyarakat Indonesia. Dia pun berterimakasih lagu ini dapat diterima dan meraih rekor MURI serta penghargaan dari TNI.

"Lagu ini saya nyanyikan bersama adik saya namanya Pak Alfred kemudian waktu itu produser teman kita namanya kaharudin dia yang bantuin produksi kemudian ada satu teman yg berperan dalam musik itu barusan meinggal dua hari lalu, namanya Pak Osi Lelo dia yang operator mixing studio. jadi sehingga musiknya bisa jadi seperti itu," ujarnya



(arh/sur)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER