Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Umum Demokrat
Syarief Hasan menilai pelukan calon presiden
Prabowo Subianto ke Wakil Sekjen Demokrat
Andi Arief sebagai bentuk formalitas perdamaian.
Syarief mengatakan ketegangan antara Prabowo dan Andi sudah selesai beberapa waktu lalu. Kedua pihak pun telah sepakat tak membahas polemik 'jenderal kardus' yang pernah disampaikan Andi untuk Prabowo.
"Kami sudah sepakat ya, sudah klir semua. Sebenarnya sudah lama sudah klir. Tadi malam formalnya saja," ujar Syarief di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (13/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prabowo memeluk Andi usai jumpa pers di Kediaman Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Rabu (12/9). Andi bersama petinggi Demokrat mendampingi SBY menerima kunjungan Prabowo dan calon wakil presiden Sandiaga Uno.
Dalam momen itu, Prabowo terlihat mengepal tangan kanannya seraya merangkul Andi. Rangkulan itu terlihat seperti sebuah pitingan. Andi juga terlihat saling menggenggam tangan Sandiaga dalam kesempatan tersebut.
Syarief pun meminta semua pihak tidak mempersoalkan gestur Prabowo saat memeluk Andi. "Masa gestur dibaca," ujar Syarief.
 Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan meminta tak membaca gestur Prabowo saat memiting Andi Arief. (CNN Indonesia/Andry Novelino) |
Syarief menilai hal yang terpenting dalam pertemuan Prabowo dan Andi adalah penyelesaian masalah. Di sisi lain, dia menilai pihak yang membaca gestur Prabowo saat memeluk Andi menandakan ketidaksukaan dengan Demokrat.
"Kelihatan sudah pelukan ya sudah selesai. Jangan diartikan yang lain lagi," ujarnya.
Andi juga telah angkat suara terkait rangkulan Prabowo kepada dirinya. Menurut Andi, mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD itu sejak lama mengenal dirinya dan tak pernah bermain dengan kata-kata.
"Pak Prabowo sudah mengenal saya lama. Dia tahu saya tak pernah bermain-main dengan kata-kata. Dan, saya tak pernah mengkhianati kebenaran," kata Andi dalam akun Twitter @AndiArief_.
Jelang akhir masa pendaftaran capres-cawapres, Andi menyebut Prabowo sebagai 'jenderal kardus' karena diduga terkait mahar politik sebesar Rp1 triliun yang dikeluarkan Sandiaga Uno kepada PKS dan PAN. Andi menuding Sandiaga memberikan mahar sebesar Rp500 miliar masing-masing untuk kedua partai agar diusung menjadi cawapres Prabowo di pilpres 2019.
Kasus tersebut kini mengendap setelah Badan Pengawas Pemilu menyatakan tak ada unsur pelanggaran. Kasus mahar politik itu dilaporkan Rumah Relawan Nusantara The President Centre Jokowi-KH Ma'ruf Amin ke Bawaslu, namun Andi tak pernah memenuhi panggilan pemeriksaan.
(pmg/sur)