Jakarta, CNN Indonesia -- Polisi menyelidiki kasus pengeroyokan terhadap
Haringga Sirla (23) di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Polisi menyebut identitas Haringga sebagai anggota The Jakmania terbongkar setelah dia sempat berswafoto, sebelum dikeroyok oleh massa beratribut pendukung Persib Bandung.
Kapolrestabes Bandung Komisaris Besar Irman Sugema mengatakan sebelum aksi pengeroyokan itu terjadi, sejumlah bobotoh, julukan penggemar Persib melihat Haringga memotret kartu anggota The Jakmania. Saat itu juga, oknum Bobotoh langsung menganiaya Haringga diikuti oleh massa yang lain.
"Informasi yang kami dapat dimulai dari yang bersangkutan korban itu membuka handphone dan melakukan swafoto. Di dalam swafoto itu ada identitas sebagai anggota suporter Jakmania yang terbaca oleh oknum Bobotoh," kata Irman di Mapolrestabes Bandung, Selasa (25/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak saat itu, lanjut Irman, suasana tidak terkendali karena di saat yang bersamaan ada penyisiran (
sweeping) yang dilakukan oleh beberapa orang.
Sedangkan satu sisi, pihak kepolisian saat itu sedang menangani suporter yang rusuh di tempat lain.
Meski begitu, Irman mengklaim dalam waktu singkat pihak kepolisian langsung bergerak dan mengamankan beberapa tersangka.
"Kami ada di sekitar dan mengamankan beberapa orang yang terlibat. Di satu sisi kita sedang mengantisipasi massa-massa di pintu yang lain melakukan perlawanan kepada aparat. Mereka melempar batu botol, merusak pagar bahkan menjebol pintu supaya mereka bisa masuk meskipun tak punya tiket," ujar Irman.
 Pemakaman anggota Jakmania, Haringga Sirla akibat dikeroyok ketika hendak menyaksikan laga Persija vs Persib, di Stadion GBLA, Bandung, pada 23 September lalu. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara) |
Lebih lanjut, pihak kepolisian akan terus melakukan pemeriksaan untuk mencari siapa yang merekam dan menyebarkan video terkait pengeroyokan yang menyebabkan Haringga meninggal dunia.
"Yang memicu opini negatif juga (diburu). Tim kami sedang bekerja, kita bisa periksa, kita kaitan dengan UU ITE ," tegasnya.
Klaim Pengamanan MaksimalKepolisian enggan dianggap lalai dalam peristiwa pengeroyokan hingga meninggal terhadap Haringga Sirla. Mereka mengklaim pengamanan di Stadion GBLA, sudah maksimal.
"Kami sudah tempatkan per 10 meter. Di luar dari pada pagar luar sudah ditempatkan per 10 meter dari TNI sebanyak 2 SSK untuk mengantisipasi kemungkinan massa ingin masuk ke dalam lingkungan stadion dengan meloncat pagar ataupun mendobrak pagar. Di bagian dalam juga sudah dilakukan pengaman oleh Brimob untuk mengantisipasi hal itu," kata Irman.
Irman beralasan insiden pengeroyokan Haringga terjadi saat polisi sibuk menghalau massa yang memaksa masuk. Sedangkan jumlah penonton yang tidak memiliki tiket lebih banyak dibanding yang punya. Diprediksi Bobotoh yang datang mencapai seratus ribu orang, sementara kapasitas penonton hanya 38 ribu.
"Ada beberapa poin yang memang sebelumnya sudah kita sepakati sebelum rekomendasi dari Polrestabes diberikan secara berjenjang ke Polda hingga Mabes Polri. Itu antara lain bahwa mengantisipasi massa yang membludak kemungkinan besar di mana kapasitas stadion hanya 38 ribu, namun yang hadir kemungkinan banya hampir 100 ribu ada," kata Irman.
Polrestabes Bandung juga telah memanggil panitia pelaksana (panpel) Persib guna dimintai keterangan terkait pelaksanaan laga Persib kontra Persija. Insiden pengeroyokan terjadi di depan pintu gerbang biru GBLA atau ring tiga pengamanan. Irman mengatakan, di titik itu pihak keamanan sudah bekerja maksimal.
"Panitia menginginkan agar ada penyortiran di ring tiga di pintu luar. Kami sudah lakukan beserta aparat namun kenyataannya massa yang datang tanpa tiket lebih banyak dibandingkan massa yang memiliki tiket," ujarnya.
Irman menyebut pola pengamanan yang dilakukan Polrestabes Bandung di-backup oleh Polda Jabar serta kesatuan TNI dengan kekuatan hampir 4.352 personel.
Sedangkan pola ring diterapkan masing-masing ring satu di area pertandingan, ring dua di luar arena pertandingan di sekitaran lapangan aspal dalam, dan ring tiga di luar dari pagar pintu utama.
Meski begitu, Irman balik mengkritik kinerja panitia. Sebab menurut dia dalam kesepakatan awal, panitia menyediakan layar lebar untuk mengantisipasi membeludaknya penonton.
"Kami sudah meminta kepada panpel untuk menyiapkan layar lebar dan disepakati ada enam layar lebar yang dipasang di luar stadion. Namun, pada pelaksanaannya tidak sesuai yang diharapkan, sehingga massa itu pun berupaya memaksa untuk masuk sampai melakukan pelemparan kepada petugas," katanya.
 Tersangka pelaku pengeroyokan terhadap anggota Jakmania, (Alm.) Haringga Sirla. (AFP PHOTO / STR) |
Koordinator Panitia Penyelenggara (Panpel) Budhi Bram Rachman membantah klaim polisi tidak menyediakan layar lebar. Menurut dia mereka sudah menyiapkan enam layar lebar buat memuaskan penonton yang tidak berhasil masuk ke stadion.
Hanya saja, kata Bram, dari enam layar lebar, dua di antaranya tidak menyala karena ada insiden pembubaran massa dengan gas air mata yang dilakukan petugas keamanan.
"Layar lebar diminta enam itu kita sebetulnya sudah mengupayakan. Ada empat nyala, dua itu pas ada gas air mata ketika dipasang operatornya ketakutan sehingga mengamankan alat-alat (layar lebar) itu," kata Bram.
Sesaat setelah kejadian, polisi mengamankan lima orang. Dari pengembangan, Satreskim kembali menangkap sekitar 16 orang. Dari jumlah itu, polisi menetapkan delapan orang tersangka dengan umur yang bervariasi.
Mereka adalah B (41), GA (20), CG (20), AA (19), DS (19), SM (17), DF (16) dan JS (31). Mereka terancam hukuman lebih dari tujuh tahun penjara.
(hyg/ayp)