Jakarta, CNN Indonesia -- Ahli Filsafat
Rocky Gerung mengkritik Revolusi Industri 4.0 milik
Jokowi terkait dengan data WHO soal jutaan bayi penderita
stunting di Indonesia.
Dia menilai program Revolusi Industri 4.0 yang diluncurkan Jokowi pada April lalu, belum tepat karena Indonesia masih memiliki pekerjaan berat dari sisi sumber daya manusia.
Industri 4.0 secara umum adalah penciptaan barang dan jasa yang melibatkan rekayasa intelegensi, robot, otomatisasi, dan pertukaran data melalui
Internet of Things.
Rocky mengutip data WHO, ada sekitar 7,8 juta dari 23 juta balita Indonesia adalah penderita
stunting atau gizi buruk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana mungkin kita berkompetisi secara teknologi untuk menghasilkan Indonesia 4.0 bila WHO membuka kebobrokan ada jutaan balita sekarang yang akan menjadi generasi milenial dengan masalah
stunting," ujarnya dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (20/10).
Walaupun demikian, tingkat penurunan
stunting di Indonesia diketahui sudah turun dari level 37,2 persen jumlah balita pada 2014 menjadi 26,1 persen pada 2016. Meski demikian, angka ini masih di atas standar World Health Organization (WHO) yakni 20 persen.
Alokasi Dana Kementerian Keuangan sendiri telah mengalokasikan Rp49,76 triliun demi penanganan stunting di dalam APBN 2018 yang disebar ke pelbagai instansi.
Ini di antaranya adalah Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Sosial, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Sebelumnya, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim memuji Presiden Joko Widodo karena komitmennya memberantas masalah
stunting anak. Menurut Kim, Jokowi punya kepemimpinan yang baik.
"Elemen penting dalam program pemberantasan stunting yang sukses adalah visi dan kepemimpinan yang kuat dari atas. Presiden Joko Widodo telah menunjukkan kepemimpinan itu lebih baik dibanding negara berkembang lain," jelas Kim di Desa Caringin, Kabupaten Bogor, Juli lalu.
Saat meluncurkan 'Making Indonesia 4.0', Jokowi mengatakan revolusi industri 4.0 akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja. Dia menuturkan revolusi itu bakal melahirkan sebuah peluang yang besar.
"Harapannya dengan mengimplementasi Industri 4.0 Indonesia dapat mencapai top 10 ekonomi global pada tahun 2030, melalui peningkatan angka ekspor neto kita kembali ke 10% dari PDB dan peningkatan produktivitas dengan adopsi teknologi dan inovasi," kata dia dalam keterangan resminya.
(asa)